Sebelum menikah Mita dan Miki merasakan perasaan yang sangat menggebu. Begitu juga beberapa bulan setelah menikah. Namun, setelahnya perasaan mulai berkurang karena kesibukan membiayai hidup, ditambah setelah kelahiran anak pertama.
Boleh jadi tidak hanya Mita dan Miki yang mengalami ini, anda pun juga. Dan itu sebenarnya normal.
Seorang psikolog Robert Stenberg, merumuskan The Triangular Theory of Love (teori segitiga cinta) yang terdiri dari passion (hasrat), intimacy (kedekatan), dan commitment (komitmen). Tiga komponen inilah yang berperan sangat besar dalam pernikahan.
Sebelum menikah yang terjadi adalah pasangan akan merasakan passion dan intimacy. Perasaan begitu menggebu dan rasanya cinta setengah mati.
Kemudian pasangan tersebut menikah dan akhirnya jadilah consummate love (cinta sempurna).
Namun, dalam perjalanannya cinta yang sudah sempurna tadi, berkuranglah komponen intimacy dan passion-nya dikarenakan sesuatu dan lain hal.
Jika hal-hal yang kurang tersebut dibiarkan terus berkurang, maka yang akan terjadi adalah empty love (cinta kosong) atau hanya sekedar komitmen saja.
Lalu apa yang harus dilakukan?
Maka, yang berkurang itu harus dikuatkan kembali.
Caranya?
- Selalu berkomunikasi.
- Beri perhatian pada pasangan sekecil apapun sesuai bahasa cintanya.
- Selalu sempatkan waktu untuk skin to skin.
- Berusaha memenuhi apa yang diinginkan pasangan selama wajar.
- Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik khususnya dalam hal emosional dan spiritual.
Intinya saling membahagiakanlah dengan cara yang wajar, khususnya dengan cara yang diinginkan pasangan.
Inilah salah satu risiko menikah yaitu hidup kita bukan milik kita sendiri lagi, tapi harus dibagi dengan pasangan kita, belum lagi dibagi dengan anak dan keluarga lainnya.
Jika anda hanya berpikir menikah cuma sampai resmi memiliki, terus bisa meniduri dan punya anak, maka jangan harap pernikahan akan bahagia hingga maut memisahkan.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Selamat menguatkan kembali komitmen anda.
Comments
Post a Comment