Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Inspirasi

Seorang Guru Bahasa Inggris Tidak Akan Bisa Melewati Jembatan Sirotol Mustaqim Dengan Lancar Sebelum Melakukan Hal Ini

Di kelas kemarin ada siswa baru lagi (alhamdulillah). Namun yang unik beberapa kali ia salah mengucapkan kata "visit" menjadi /visait/, harusnya /vizit/. Setelah sekian kali saya koreksi, dia akhirnya bilang kalau yang diajarkan guru di sekolahnya /visait/. Akhirnya saya bilang kalau di dunia ini mahzab English pronunciation ada dua yaitu British English dan American English. Saya tunjukkan juga buktinya di salah satu web kamus. Boleh jadi guru murid saya ini adalah penganut aliran lain. Gara-gara ini saya teringat lagi nasihat founder Celtics: "guru bahasa Inggris tidak akan bisa melewati jembatan sirotol mustaqim dengan lancar jika pronunciation-nya masih salah". Awalnya saya tertawa dengar nasihat ini. Tapi lama-lama merasa berat. Ya menjadi guru itu harus mampu menyampaikan ilmu dengan benar. Jangan sampai murid kita mendapatkan info yang salah. Alih-alih ingin mendapatkan amal jariyah, malah jadi dosa jariyah. Astaghfirullah. Dita Aditya Putri Celtics English C

Soft Skills Seorang Guru

Well, udah sering ya kita dengar soft skills. Sebenarnya apa sih itu? Menurut dictionary.cambdridge.org,  soft skills are  people's abilities to communicate with each other and work well together .   Bisa juga disebut EQ (Emotional Quotient). Pentingkah ini? Sure. Apalagi ketika menjadi seorang guru soft skills ini penting beut. Soft skills macam mana yang mesti dimiliki oleh seorang guru? Mau tau? Baca ya ^_^ 1. Ramah Seorang guru akan menghadapi banyak siswa di kelas dengan berbagai macam karakter. Meskipun tidak semua siswa termotivasi untuk belajar paling tidak mereka ingin berada di kelas yang dikomandani oleh seseorang yang ramah. Dengan sikap ramah, kita sudah menurunkan sedikit ketegangan di kelas sebelum memulai aktivitas pembelajaran. 2. Rasa Humor Nyambung ke sikap ramah di atas, seorang guru juga harus memiliki rasa humor yang cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan. Dengan ada humor di kelas maka suasana tidak tegang dan siswa pun dapat merilekskan diri mereka sejenak

Peduli Pendidikan, Peduli Indonesia

Beberapa waktu lalu saya sempat berbincang dengan seorang teman yang baru diangkat menjadi guru PNS di suatu daerah cukup terpencil dari Sampit, Kalimantan Tengah. Ia mengatakan tidak betah bekerja di sana karena setiap hari harus berkendara menggunakan sepeda motor sekitar 1 jam. Akhirnya ia mengajukan pindah sekolah ke daerah lebih dekat dengan Sampit dan sedang dalam proses. Mendengar kenyataan ini saya jadi merenung bagaimana kabar sekolah yang dia tinggalkan ya? Apa ada penggantinya? Kebetulan bidang kami sama yaitu mengajar bahasa Inggris dan berasal dari program studi yang sama saat kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Inggris. Kejadian seperti ini tidak satu dua saja yang saya pernah dengar tapi cukup banyak. Guru-guru yang awalnya ditempatkan di daerah terpencil enggan mengabdi karena keterbatasan fasilitas atau akses yang terlalu jauh, sedangkan kebanyakan guru adalah wanita. Lalu bagaimana nasib anak bangsa yang berada di tempat jauh itu? Mereka pasti membutuhkan ilmu dan jika har

Menjadikan Indonesia Peduli

Beberapa waktu ini ada sesuatu yang mengganjal hati saya yaitu perilaku siswa di kelas yang agak kurang menyenangkan. Bukan karena mereka tidak hormat pada saya, tetapi siswa kurang menghargai temannya yang sedang presentasi di depan. Saya nilai kemampuan siswa-siswa di kelas sangat baik terutama speaking skill namun listening skill'y tidak memuaskan. Jadi siswa hanya peduli jika tiba gilirannya untuk tampil, namun jika temannya yang tampil mereka saling mengobrol atau BBMan. Saya coba cek dengan mereview apa yang sudah dipresentasikan temannya, hasilnya banyak yang tidak tahu karena tidak mendengarkan. Inilah yang menjadi keprihatinan saya yaitu kurangnya sikap peduli siswa dengan temannya. Jika saya lihat di lessonplan memang tidak ada objective untuk itu. Seringnya objectivenya: "siswa dapat menyebutkan, melakukan dialog, dan lain2". Intinya fokus pada kemampuan kognitif siswa saja. Jadi walaupun kelas berantakan tetapi siswa dapat mencapai tujuan tidak menjadi masalah