Setelah setahun melakukan penjajakan dan mengenal satu sama lain, Mita memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius dengan Miki. Namun, terkadang Mita masih merasa ragu untuk menikah. Karena ia merasa Miki masih belum memenuhi semua kriteria calon suami idamannya. Ia pun semakin ragu ketika mendengar bahwa keluarga Miki sedang menghadapi masalah internal yang Mita yakini akan berimbas pada hubungannya kelak.
Hm, apakah kamu sedang merasakan hal yang sama dengan Mita?
Mita akan menjabarkan semua keresahan yang dialaminya plus memberi solusinya:
1. Dari Diri sendiri
Selama penjajakan, Mita dan Miki banyak mengobrol banyak hal. Mita merasa ada kecocokan saat bercerita dengan Miki. Miki adalah pendengar yang baik dan selalu nyambung dengan topik obrolan Mita.
Miki juga bisa bersikap sopan dan tidak agresif selama masa pengenalan mereka. Ia juga tidak memaksa Mita harus bertemu setiap minggu.
Namun, Mita masih ragu dengan pekerjaan Miki yang belum jelas. Di sisi lain Miki belum pernah hidup mandiri selama ini, dimana segala sesuatunya masih diatur orangtua. Mita ragu Miki bisa menjadi suami yang diandalkan kelak.
Selain itu, Miki tidak mengikuti komunitas belajar agama yang sama dengan Mita, dimana Mita disarankan oleh teman-temannya untuk memilih calon suami yang satu pemahaman agama.
Solusinya: Mita melakukan sholat istikharah meminta petunjuk pada Allah Swt.
2. Dari Keluarga Sendiri
Orangtua Mita terus mendesak Mita agak segera menikah. Namun, mereka pun sama halnya dengan Mita masih meragukan Miki, terutama masalah pekerjaan.
Solusinya: orangtua Mita menghiburnya dengan mengatakan bahwa mereka pun memulai hidup baru dari nol. Masalah rezeki tidak usah dicemaskan berlebihan. Selama berusaha pasti ada jalan.
3. Dari Calon Keluarga Pasangan
Setelah diri sendiri sudah klop dan keluarga menerima, permasalahan malah muncul dari keluarga Miki.
Orangtua Miki yang baru saja kehilangan rumah akibat permasalahan dengan bank, tidak bisa banyak membantu Miki untuk mewujudkan pernikahannya.
Selain itu, setelah mengetahui Mita adalah seorang janda, sang camer pun tidak setuju. Mereka ingin anaknya menikah dengan wanita single.
Solusinya: Miki bersikeras dan memperjuangkan pernikahannya dengan Mita.
4. Pernak-Pernik Acara
Setelah urusan tiga di atas sudah selesai. Miki pun melamar Mita secara resmi. Tanggal pernikahan pun ditentukan.
Namun, Miki dan Mita belum bisa lega. Mereka harus menghadapi persiapan nikah yang sedikit banyak menguras pikiran, emosi, energi dan finansial.
Mereka harus mengurus pendaftaran di KUA, membuat undangan cetak, membeli souvenir, mahar, seserahan, tenda, pelaminan, dekorasi, kostum, make-up, dokumentasi, hiburan, konsumsi dan lainnya.
Belum lagi ada permintaan yang aneh-aneh dari keluarga Miki, seperti bapaknya tidak mau mencantumkan gelar di undangan, padahal gelar beliau paling panjang. Kemudian pihak keluarga Miki seperti kurang sreg dengan pelayanan vendor kostum pengantin dan meminta Mita mencari yang lain.
Solusinya: Mita meminta bantuan saudara yang sudah dipercaya untuk membantu mengurus segala sesuatunya. Kemudian, untuk hal-hal yang diminta keluarga Miki pun didiskusikan agar sama-sama nyaman.
Itulah 4 hal yang sempat meresahkan Miki dan Mita, khususnya Mita sebelum hari H pernikahan. Jika tidak sabar menghadapi masalah yang ada, bisa-bisa batal pernikahan.
Oleh karena itu selama proses perkenalan hingga menjelang acara teruslah berdoa pada Allah Swt agar segala sesuatunya dimudahkan dan diberkahi.
Selain itu, jika ada permasalahan antar keluarga, diskusikanlah dengan bijak. Terkadang, kita harus mengalahkan kehendak demi kebaikan bersama. Apalagi pernikahan di Indonesia bukanlah urusan kedua mempelai saja, melainkan jadi urusan keluarganya juga. Malah seringnya keluarga yang lebih mengatur.
Yang pastinya tetap sabar ya.
Semoga info ini bermanfaat untuk rekan-rekan yang sebentar lagi akan menikah atau yang masih dalam proses ingin menikah.
Comments
Post a Comment