Skip to main content

5 Ujian Pernikahan di Kala Pandemi



Pandemi belum berlalu dari bumi ini. Malah semakin hari data korban semakin meningkat. Kita belum bisa beraktifitas seperti biasa demi mencegah penularan yang lebih luas. Hal ini menyebabkan perekonomian tidak berjalan lancar. 

Dampaknya dirasakan oleh banyak perusahaan dan industri yaitu penurunan omzet, sehingga dengan terpaksa mengurangi jumlah karyawannya. Karyawan yang terkena imbas pemutusan hubungan kerja ini pun akhirnya menciptakan ujian di rumah tangganya selama pandemi ini. Ujian apa sajakah itu? Mari kita diskusikan.

1. Ujian Kesehatan


Sudah bukan rahasia lagi selama pandemi ini banyak orang yang diuji dengan kesehatannya. Satu demi per satu orang terkena virus corona. Untuk penyembuhannya membutuhkan dana yang tak sedikit. Tabungan pun terkuras demi memulihkan diri. 

Masih mending kalau ada uang lebih, bagaimana kalau tidak ada? Apa harus meminjam ke orang lain atau sudahlah dibiarkan saja?

Selain itu, ada kecemasan pada anggota keluarga lain yang belum terkena. Apakah yang sakit akan sembuh? Apakah yang sehat yakin tidak akan tertular?

Ini semua menjadi ujian bagi rumah tangga. Sebagai suami atau istri yang qadarullah terkena virus, mau tidak mau harus menjalani proses penyembuhan. Jika memang ada dana berlebih, dipakai dulu demi kesehatan. Jika tidak ada, tidak usah sungkan untuk meminjam dulu. Alangkah baiknya, keluarga atau siapapun yang mampu bisa menolong orang-orang yang sedang diberi ujian ini.

2. Ujian Kehilangan


Bagi yang bisa sembuh total dari virus, tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri. Bisa melakukan aktifitas seperti biasa lagi dan bisa berkumpul dengan orang-orang yang dicintai. Namun, tak sedikit yang kehilangan suami, istri, anak atau keluarga lainnya karena virus tersebut.

Tentunya ini ujian yang berat, apalagi jika yang ditinggalkan itu adalah istri dan anak-anak yang masih kecil. Boleh jadi istri sangat terpukul karena tak ada lagi suami yang bisa diandalkan.

Alangkah baiknya jika keluarga yang mampu bisa menolong dan meyakinkan sang istri bahwa kehidupan akan baik-baik saja karena ada Allah yang akan memberi rezeki.

Selain kehilangan jiwa, di masa pandemi ini banyak juga yang kehilangan pekerjaan sehingga berimbas pada stabilitas ekonomi keluarga.

3. Ujian Keuangan


Menyambung pada poin kedua. Kehilangan pekerjaan dan turunnya omzet usaha akan mengakibatkan ujian keuangan. Yang tadinya bisa membayar cicilan rumah, jadi tertunda. Yang tadinya bisa membayar sekolah anak, jadi nunggak.

Suami cemas, istri khawatir. Saat berdiskusi bukan solusi yang didapatkan, malah saling menyalahkan. Lama-lama BOOM! Perceraian menjadi pilihan.

Dilansir dari detik.com, menurut Menteri Agama Fachrul Razi, angka perceraian di masa pandemi ini cukup meningkat.

Diduga penyebab utamanya adalah masalah ekonomi dan kebuntuan komunikasi. Suami tak mampu memberi nafkah yang cukup, istri tak bisa sabar karena tuntutan kebutuhan, belum lagi ditambah pengaruh kiri-kanan yang memanasi. Jadilah DUARRR!

4. Ujian Kepercayaan


Pendapatan yang tidak stabil, keadaan yang tak jelas kapan pulihnya, sedangkan kebutuhan hidup tak bisa ditunda bisa membuat suami istri hilang kepercayaan satu sama lain.

Istri menuntut suami untuk mampu memberi jalan keluar, sedangkan suami tak bisa memberikan janji karena keadaan yang belum jelas. Akhirnya suami istri malas berkomunikasi dan memendam kekesalan masing-masing.

Jadilah ujian kepercayaan muncul.

5. Ujian Kesetiaan


Semakin lama saling tak percaya, kekesalan memuncak, akankah terus setia?

Celakanya ketika di masa seperti ini justru masuk orang ketiga yang mengiming-imingi kebahagiaan. Hatinya yang sedang lemah terhibur dan logika pun akhirnya tak jalan.

Ah benar-benar kacau!

Lalu apa yang harus suami istri lakukan ketika harus berhadapan dengan ujian-ujian ini di kala pandemi?


a. Suami istri harus mampu saling menerima keluhan masing-masing dan menerima kenyataan. Saat ini, tidak ada yang bisa dilakukan selain saling menerima.

b. Mencoba mencari jalan keluar bersama walau tak mudah. Misal, mencoba usaha baru bagi yang terkena PHK. Jika tak ada modal, maka meminjam dengan keluarga atau teman yang mampu.

c. Temukan support system masing-masing. Selain pasangan, kita juga harus memiliki orang lain yang bisa menjadi support system, seperti orangtua, saudara, teman, dan lainnya yang bisa memberi nasihat dan dukungan agar kita bisa menghadapi ujian ini. Pastikan support system itu memang yang benar-benar terpercaya, bukan justru memperkeruh suasana.

d. Bersabar dan berdoa. Ingat, tidak hanya kita yang mengalami ujian ini. Boleh jadi banyak pasangan yang mengalaminya. Oleh karena itu, jangan merasa sendiri. Tetap yakin pada Allah dan terus berdoa agar keadaan kembali pulih dan membaik. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan.

***

Demikianlah 5 ujian pernikahan yang terjadi di kala pandemi ini. Boleh jadi lebih dari itu. Semoga bisa menjadi pencerahan bagi para suami istri sekalian yang sedang dalam ujian. You are not alone.

Comments

Popular posts from this blog

Ciri-ciri Pria yang Harus Diwaspadai

Image by Sammy-Williams from Pixabay Ladies, keinginan dicintai seorang pria adalah dambaan setiap wanita. Keinginan ini sangatlah wajar mengingat kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain terutama lawan jenis. Tetapi tidak lantas kita sembarangan mencintai atau terlena dengan rayuan gombal pria. Hati-hati banyak pria berbahaya di sekeliling kita yang ngobral cinta untuk memainkan kita dan bahkan ada yang untuk memanfaatkan cinta kita demi memuaskan nafsunya. Nah saya ingin berbagi beberapa ciri-ciri pria yang harus diwaspadai:  1) Terlalu banyak merayu  Wanita cenderung suka dipuji dan dirayu, baik itu mengenai penampilan fisik, kecerdasan, perilaku dan sebagainya. Oleh karena itu pria yang suka merayu cenderung mudah mendapatkan banyak wanita. Berhati-hatilah ladies dengan pria semacam ini. Jika ada yang mendekati anda dan dari awal sudah mulai memuji-muji anda lebih baik abaikan saja. Jangan takut disebut sombong.  2) Terlalu sering menceritakan betapa supernya dia 

Mengapa Kita Perlu Beragama?

Kenapa kita perlu beragama? Karena dengan adanya agama hidup kita lebih terarah. Semua ada aturan dan petunjuknya. Dari mulai ritual sampai keseharian pun ada. Dari mulai hubungan dengan Tuhan sampai dengan manusia bahkan makhluk lain. Kenapa terkadang agama terasa berat bahkan menghalangi kita? Sebenarnya tidak, agama ini datang untuk memudahkan kita. Semua yang ada dalam agama merupakan petunjuk yang haq dan ada manfaatnya. Semua yg ada adalah untuk kebaikan kita juga. Terkadang manusia memang mengikuti hawa nafsunya saja. Jikalaupun kita tak sanggup mengikuti yg di-syariatkan, agama takkan memberatkan. Tuhan tau kemampuan kita. Lakukan semampu kita. Siapakah petunjuk kita? Rasulullah Saw adalah petunjuk umat Islam.  Semua yang beliau lakukan dapat kita jadikan contoh. Jikalaupun ada yang tidak bersesuaian dengan zaman sekarang bukan berarti itu salah. Toh Rasulullah tidak pernah menyebutkan hadits yg melarang kita untuk mengikuti zaman. Mengikuti zaman itu seperti per

Sendiri? Siapa Takut?!

Saya suka memperhatikan status teman-teman di FB atau twitter tentang kegalauan dan kesendirian. Sendiri itu memang bikin galau dan galau itu biasanya karena sendiri he. Sendiri itu bisa karena memang lagi single atau bisa juga karena LDR. Yah sendiri itu memang tidak enak. Tapi apakah lantas harus diratapi? Tentu tidak.  Mari kita cari sisi positif sendiri sebanyak-banyaknya:  1) Free Yap sendiri berarti kita "bebas" untuk memutuskan hal dengan keinginan kita. Bebas untuk berencana tentang hidup kita. Bebas untuk bercita-cita. Pokoknya all about ourselves, no others.  2) Lebih memperhatikan diri Karena kita sendiri kita jadi lebih konsen dengan diri kita, mungkin dengan penampilan fisik ataupun kesehatan. Kita dapat merawat diri untuk penampilan fisik dan juga berolahraga untuk menjaga kesehatan.  3) Terhindar dari hal-hal terlarang Nah, buat teman-teman yang begitu menjaga diri, kesendirian adalah anugrah, karena dengan begini terhindar dari hal-hal terlarang seper