Memiliki pasangan yang memiliki sifat ramah, supel dan bisa diterima keluarga boleh jadi idaman setiap orang. Namun sayangnya tidak semua orang bisa memiliki pasangan seperti itu. Ada kalanya pasangan justru dibenci karena memiliki karakter yang tak biasa. Salah satu karakter tak biasa itu adalah introvert.
Kalian pasti sudah sering mendengar kata itu, kan? Kepribadian introvert memang sudah sering dibahas di banyak media lisan maupun tulisan dan kecenderungannya berkonotasi negatif.
Dilansir dari lifestyle.kompas.com, seorang psikolog Carl Jung menyatakan bahwa kepribadian introvert itu bukan berarti pemalu dan tidak percaya diri, melainkan lebih senang melakukan banyak hal sendiri.
Seseorang dengan kepribadian introvert akan merasa lelah ketika berada di keramaian terlalu lama, sehingga ia lebih menyenangi kegiatan yang dilakukan di tempat sunyi atau hanya di antara orang-orang yang membuatnya nyaman.
Kebayang ngga kalau pasangan kita seorang introvert jadinya gimana?
Pastinya ia akan sulit bergaul dengan keluarga besar kita. Bukan dia enggan, hanya saja ia tidak tau apa yang mau dibicarakan karena orang introvert biasanya tidak suka berbasa-basi.
Itulah yang saya rasakan sebagai pasangan seorang introvert, dimana kepribadiannya tidak disukai keluarga saya. Meskipun begitu, ia pun memiliki sisi positif yang membuat saya tetap betah.
Well, saya akan berbagi suka dukanya memiliki pasangan introvert.
SUKA
1. Lebih senang berada di rumah
Paksu suka banget berada di rumah. Kalau ia harus pergi keluar karena ada keperluan, setelahnya ngga pengen keluyuran dulu langsung pulang aja. Padahal kan kesempatan ya bisa me-time terlepas sejenak dari istri dan anak, tapi ya begitulah rumah adalah tempat paling nyaman untuknya.
2. Pendengar yang baik
Paksu memang tidak suka banyak ngomong, tapi sebenarnya dia adalah pendengar yang baik. Tidak hanya mendengarkan cerita istrinya, cerita orang lain juga. Dulu saat paksu masih buka agen ekspedisi, ada aja pelanggan yang curhat sambil nunggu resinya dibikinin.
3. Aman dari godaan yang lain
Karena lebih sering di rumah, otomatis beliau tidak ketemu orang lain terutama cewek-cewek. So, lebih aman dari godaan hehe. Bisa aja sih ya ketemu lewat online, tapi beliau sih lebih milih main game ketimbang sosmedan.
4. Tidak mudah merayu yang lain
Karena ngga ketemu wanita lain, ngga ada kesempatan untuk merayu, lagian juga beliau hemat gitu ngomongnya. Dengan istrinya sendiri aja jarang merayu bahkan nyaris ngga pernah kayaknya. Jadi ya sangat kecil sekali kemungkinan untuk merayu wanita lain juga.
5. Tidak mudah menceritakan masalah internal pada orang lain
Saya pernah dengar ada suami yang suka curhat ke ibunya sendiri atau ke temannya bahkan wanita lain. Nah, karena paksu malas ngomong jadi boro-boro ya cerita masalah internal ke orang lain, ngomong ke istri aja harus dipancing dulu kayak ikan.
6. Lebih mengutamakan pasangan daripada orang lain
Well, itulah yang saya rasakan selama ini. Dia selalu izin dulu apakah saya bersedia kalau ditinggalkan pergi, apakah bentrok dengan jadwal saya.
Nah, sekarang mari kita pindah ke bagian ngga enaknya...
DUKA
1. Tidak mudah bersosialisasi dengan orang lain
Jika di bagian A tidak mudah bersosialisasi bernilai positif, di bagian B ini justru menjadi kekurangan paksu. Beberapa kali saya dapat protes dari keluarga karena hal ini. Ketika ada kumpul keluarga beliau diam aja ngga memulai atau merespon.
Jangankan dengan keluarga saya, dengan keluarganya sendiri aja dia berperilaku sama. Ketika ada kumpul keluarga lebih memilih mojok di sudut rungan, sembunyi di dapur atau rebahan di kamar daripada ngobrol sama orangtua dan saudaranya. Ampun deh.
Selain itu, di lingkungan rumah pun beliau tidak berusaha mengenal tetangga ataupu menyapa. Padahal penting kan ya kenal dengan tetangga karena suatu saat pasti kita membutuhkan bantuan mereka.
2. Sering terjadi kesalahpahaman
Karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik, akhirnya terjadilah kesalahpahaman. Orang mengira beliau tidak peduli padahal beliau mengira orang-orang tidak membutuhkan bantuannya. Tuh kan!
3. Kesulitan mencari peluang pekerjaan/usaha
Sudah sewajarnya jika ingin mendapatkan uang berarti harus bekerja atau berwirausaha. Dan itu semua hanya bisa dilakukan dengan cara bertemu orang lain. Di sinilah beliau mengalami kesulitan. Akhirnya beliau tak bisa berkembang.
Memang zaman sekarang bekerja atau berwirausaha bisa melalui online, tapi tetap saja harus bisa berkomunikasi dengan baik.
4. Sangat tergantung pada pasangannya
Qadarullah saya adalah ambivert, jadi setengah introvert dan ekstrovert gitu. Saya tidak keberatan bertemu dengan orang lain bahkan senang menjadi pusat perhatian, tetapi saya pun merasa nyaman ketika sendiri dan berkontemplasi.
Sedangkan paksu lebih banyak karakter introvert-nya sehingga untuk masalah hubungan dengan orang lain sayalah yang bergerak, seperti urusan dengan tetangga, cari peluang usaha, dsb.
5. Lambat mencapai kesuksesan
Untuk mencapai kesuksesan pastinya perlu dukungan banyak orang. Salah satunya kalau ingin jadi pengusaha sukses pastinya harus banyak pelanggan dan mitra. Karena paksu enggan untuk berhubungan dengan orang jadinya ia terhambat untuk mencapai kesuksesan.
Well, itulah suka dan duka memiliki pasangan seorang introvert. Secara pribadi saya bisa menerima karakter suami yang sangat unik. Namun di sisi lain saya harus ekstra bersabar menghadapinya, terutama menerima omongan negatif keluarga tentang beliau.
Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, begitupun saya. Boleh jadi karakter paksu yang introvert justru menjadi pelengkap kekurangan saya. Saya selalu ingat sebuah hadits yang terdapat di dalam buku nikah
Inilah yang selalu menguatkan saya ketika ada komentar negatif yang diberikan pada paksu. Kalau komentarnya memang membangun terima saja dan coba sampaikan ke paksu dengan bahasa yang enak.
Tapi kalau komentarnya menjatuhkan sih woles aja ya. Orang lain boleh berkomentar apapun, tapi kan saya juga yang menjalani pernikahan ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya. Punya pasangan introvert? Why not?!
Comments
Post a Comment