https://pixabay.com/users/stocksnap-894430/ |
Tak terasa tujuh tahun sudah saya dan suami mengarungi bahtera rumah tangga.
Kalau ditanya bagaimana rasanya? Luar biasa. Macam-macam rasa ada. Komplit deh!
Kadang senang, kadang sedih. Kadang sependapat, kadang berdebat. Kadang ada uang, kadang bokek. Ups, itulah warna-warni pernikahan kami.
Tujuh tahun ini qadarullah kami dikaruniai dua anak yang sudah berusia 6 dan 3 tahun. Dua makhluk yang kadang menggemaskan, kadang melelahkan hehe. Tapi kehadiran mereka sungguh menjadi penghibur dan semakin mengeratkan hubungan kami sebagai suami istri.
Kadang ada kalanya sebel dengan pasangan dan terlintas koq bisa sih nikah sama dia? Tapi ketika melihat anak langsung sadar kalau ngga nikah sama dia ngga akan ada si teteh dan dede yang lucu.
Duh jadi panjang aja nih intronya. Okey kembali ke laptop. Saya mau membagikan 7 pelajaran berharga dari 7 tahun pernikahan.
1. Sumpah, punya uang itu penting!
Sumpah bener! Terutama setelah memiliki anak. Saat masih berdua bolehlah makan sepiring berdua, hidup apa adanya. Namun ketika sudah ada anak, hidup tidak bisa lagi apa adanya tapi harus ada. Kadang ada hal yang penting harus dikalahkan demi memenuhi permintaan anak.
Beban semakin bertambah semakin anak besar. Itulah faktanya. Tapi justru dengan beban ini hidup terasa lebih bermakna.
Kami sama-sama bekerja lebih keras untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup. Pada akhirnya kami sadari, dengan bekerja keras kami tidak hanya menjadi bermanfaat untuk keluarga sendiri, melainkan orang lain juga.
2. Saya tidak bisa mengubah pasangan
Awalnya saya terkejut dengan perilaku pasangan yang di luar dugaan. Qadarullah, paksu adalah orang yang sangat tertutup dan kurang bisa berkomunikasi. Selain itu beliau juga tidak suka membantu pekerjaan rumah di awal menikah. Penghasilan pun tidak mencukupi. Kerjaannya main game aja.
Sempat terbersit penyesalan sudah menikahi pria macam ini. Namun, ketika saya tau bagaimana sejarah keluarganya barulah saya menemukan jawabannya.
Paksu itu orangnya baik, cuma kurang percaya diri dan pasif. Sejak kecil semua hal terbiasa diambil alih oleh orangtuanya sehingga ia takut berinisiatif melakukan sesuatu, nunggu disuruh aja.
Kemudian ia tidak pandai berkomunikasi karena terbiasa diabaikan ketika memberikan pendapat.
Lalu ia tidak diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu sehingga merasa tidak percaya diri.
Saya berusaha sedikit-sedikit mengubah perilakunya. Mulai dari memberi kepercayaan, kemudian memberi ia pujian dan kesempatan untuk memutuskan sesuatu.
Hasilnya memang tidak bisa sempurna seperti yang saya inginkan. Paksu tetaplah seperti itu. Beliau lebih lama tinggal bersama orangtuanya dibandingkan bersama saya, sehingga saya butuh waktu yang lebih lama lagi untuk membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Meskipun begitu, saya sudah tau bagaimana cara hidup langgeng sama dia. Dia sih mau aja membantu asal diminta. Untuk komunikasi ya terpaksa saya yang harus selalu memulai. Sudahlah, saya terima suami saya apa adanya. Toh masih ada kebaikan yang ia miliki. Saya juga bukan istri sempurna.
3. Seks itu penting bangets!
Namanya udah nikah lah ya, masa ngga sih! Jujur buat saya seks adalah kebutuhan yang sangat penting. Biasanya nih kalau kami sudah lama tidak melakukan hubungan intim, ada aja yang bikin kesel.
Setelah melakukan, udah deh hepi-hepi lagi hehe. Ada yang bilang, seks itu bisa menjaga kewarasan pasutri. Saya setuju sekali tuh. Menurut dr. Boyke Dian Nugraha di salah satu video YouTube akun papamama.id, saat melakukan hubungan seks akan akan keluar hormon oksitosin dan endorfin yang bisa memberikan rasa senang. Nah hormon inilah yang membuat pasutri bisa saling mencintai satu sama lain.
Oleh karena itu setelah melakukan seks biasanya saya merasa lebih mencintai paksu. Apalagi dia hehe. So, penting banget melakukan hubungan seks secara rutin dengan pasangan.
4. Komunikasi lebih penting lagi dari seks!
Seks memang penting, tapi tidak selalu bisa dilakukan dengan berbagai macam alasan apalagi setelah memiliki anak. Nah komunikasi lebih penting lagi dari seks karena bisa dilakukan setiap hari setiap saat.
Kami selalu berusaha ada waktu ngobrol setiap hari di sela-sela kesibukan masing-masing. Kadang ngobrolin hal ngga penting. Memang prinsip kami "penting ngomongin hal ngga penting, yang ngga penting aja penting apalagi yang penting".
Dengan selalu berkomunikasi, kami selalu merasa terikat satu sama lain. Cuma ya harus saya sih yang memulai.
Sebenarnya paksu adalah partner ngobrol yang asyik. Selalu nyambung ngobrol apa aja sama dia. Sayangnya tidak semua orang tertarik dengan obrolan dia, makanya dia tidak berani memulai obrolan. Sedangkan bersama saya, dia selalu terbuka koq. Sebenarnya bagus juga sih, jadi dia hanya untuk saya aja, eaaa.
5. Utamakan hubunganmu dengan pasangan baru anak
Setelah memiliki anak, seringnya pasutri lebih fokus mengurus anak. Ngga salah sih, tapi seringnya pasangan pun terabaikan. Seringnya lagi orang-orang lebih mengasihani sang suami ketimbang istri untuk masalah pengabaian ini, padahal istri sama juga kasihannya, cuma naluri keibuannya mengalahkan kebutuhannya pada pasangan.
So, sesibuk apapun ngurus anak, jangan lupa pasangan. Kami berdua juga sempat terperangkap dengan kesibukan mengurus anak terutama saat anak pertama. Kami sama-sama minim ilmu pengasuhan sehingga di awal punya anak jadi semacam ujian.
Namun, setelah banyak belajar terutama dari buku dan internet, kami tersadar bahwa intinya pernikahan itu ya kami berdua, bukan anak. Sudah seharusnya kami memperbaiki hubungan yang sempat terabaikan ini.
6. Penting bersikap dewasa dan sabar
Menikah bukan berarti selesai masalah, malah nambah. Keluarga juga kadang bukan bikin jiwa tenang, malah memperkeruh suasana. Jadi ya bersikap dewasa sangatlah diperlukan.
Punya masalah dengan pasangan jangan buru-buru diceritakan ke keluarga, kalau bisa sih jangan cerita ke keluarga. Takutnya malah bikin keluarga sebel sama pasangan kita.
Terus kalau keluarga ngomongin kejelekan pasangan, ngga usah disampaikan. Kalau memang harus pilihlah kata-kata yang enak. Pokoknya harus bisa jadi penengah.
Yang perlu kita ingat lagi, menikah itu menambah tanggungjawab. Jadi ya kita harus bisa membagi waktu, tenaga, uang, dan lainnya untuk pasangan hingga keluarganya juga. Bukan waktunya lagi mikirin diri sendiri. Apalagi kalau sudah ada anak, nambah kewajiban lagi.
Seperti yang kami lakukan juga. Tidak semua hal bisa diceritakan ke orangtua tentang pernikahan kami, begitu juga dengan apa yang disampaikan orangtua, tidak bisa diceritakan semua ke pasangan. Kesannya kami tertutup banget soal rumah tangga, tapi ya buat apa juga orang lain tau masalah kami. Yang penting mereka tau kami baik-baik aja.
7. Terus belajar dan belajar
Menikah itu harus selalu nambah ilmu, karena ilmu itu yang akan menjadi panduan kita dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Jadi ya hukumnya wajib selalu belajar bersama, baik itu ilmu agama, relationship, parenting, dan sebagainya.
Itulah yang dilakukan saya dan paksu, terutama saya sih. Saya follow akun-akun yang sesuai dan mengikuti postingan mereka. Dari sana dapat ilmu sekaligus kesempatan untuk mengikuti webinar. Saya obrolin deh yang saya dapat dari situ ke paksu. Selain itu kamu juga sama-sama mengikuti kajian untuk menambah ilmu agama.
Ilmu agama itu ngga hanya berkaitan soal ritual aja lho, tapi juga soal kehidupan. Saya merasakan hubungan saya dengan paksu jadi lebih baik setelah mengikuti kajian. Memang kami belum pintar, tapi sama-sama belajar lah ya.
***
Itulah 7 pelajaran berharga yang saya dapatkan selama 7 tahun ini. Sungguh, menikah itu tidak mudah. Perlu hati yang lapang menerima segala hal yang tidak sesuai harapan.
Terkadang saya tidak hanya bertindak sebagai istri, tapi juga pemimpin keluarga dimana saya yang menentukan, merencanakan dan juga bertanggungjawab. Saya sadari paksu masih perlu berlatih lagi untuk bisa menjadi suami sekaligus ayah teladan dan andalan keluarga. Begitu juga saya, perlu banyak belajar dan berlatih lagi untuk menjadi istri dan ibu yang disayangi keluarga.
Meskipun begitu, saya beryukur dengan pernikahan ini. Saya banyak belajar hal berharga dan menjadi wanita yang lebih kuat.
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.
Comments
Post a Comment