Skip to main content

3 Penyebab Perceraian Yang Sering Terjadi




Hi couples, maaf ya hari ini membahas hal yang agak kurang enak. Tapi saya merasa hal ini kudu dibahas demi keselamatan dan kesejahteraan rumah tangga. Betul ngga?

Tulisan ini bukan berdasarkan survey, hanya berdasarkan pengamatan dan analisis pribadi setelah mendengarkan banyak kisah orang-orang.

Qadarullah, saya sering mendengar kisah orang-orang yang pernikahannya kandas dikarenakan masalah ekonomi yang tidak stabil. Biasanya karena pendapatan suaminya kecil atau suaminya menganggur.

Ada juga yang pendapatan suaminya besar tapi tidak mencukupi kebutuhan yang terlanjur tinggi.

Di sisi lain ada juga pasangan yang tidak bermasalah dengan finansialnya tapi tidak terpenuhi kebutuhan emosi dan biologisnya.

Pernikahan itu memang kompleks ya. Oke deh saya coba paparkan apa saja yang sering menjadi penyebab perceraian.

1. Berbeda prinsip hidup


Sering sekali saya mendengar alasan pasutri bercerai itu karena "tidak ada kecocokan lagi". Kadang bertanya-tanya, apa yang tidak cocok? Kalau tidak cocok kenapa dulu menikah? Koq dulu bisa cinta?

Sabar, sabar.

Seringnya sebelum menikah calon pasangan itu bucin dan buru-buru pengen menikah tanpa benar-benar mengenal satu sama lain

Ada juga yang sudah tau kekurangan calonnya, tapi tetap nekat menikah karena terlanjur bucin atau kasihan kalau dibatalkan.

Akhirnya setelah resmi menikah dan mengetahui kekurangan pasangan, terjadilah konflik. Konflik yang tidak selesai karena perbedaan prinsip semakin membesar dari hari ke hari, tahun ke tahun, dan pada akhirnya DUAR terjadilah perpisahan.

Contoh konflik-konflik itu seperti ini:


- Suami suka gaya hidup tinggi. Prinsipnya tak apa berutang yang penting senang. Sedangkan istri prinsip hidupnya sederhana tanpa utang. Awalnya istri mengalah dengan prinsip hidup suaminya, tapi lama-lama hati tak berkenan. Akhirnya pisah.

- Suami suka bergaul dengan lawan jenis. Baginya bertemu dan jalan bersama lawan jenis setelah menikah tidak masalah. Tapi istri tidak suka. Awalnya istri mencoba menerima tapi lama-lama tak berkenan. Akhirnya pisah.

- Suami inginnya beristri lebih dari satu dengan alasan mengikuti Rasulullah. Sedangkan istri tidak bersedia dimadu. Akhirnya pisah.

- Istri prinsipnya ingin tetap mandiri secara finansial walau sudah menikah. Tapi suami tidak berkenan. Ditambah lagi penghasilan istri lebih besar dari suami. Akhirnya pisah.

- Istri inginnya suami bisa menjadi imam yang baik dengan pemahaman agama yang sesuai standar istri. Tapi suami merasa pemahaman dia sudah baik dan benar. Tidak ada titik temu. Akhirnya pisah.

Sebenarnya tidak semua pasangan yang berbeda prinsip memutuskan menikah. Ada juga yang memilih untuk bertahan, mengalah, dan menahan perasaan. Menurut anda bahagia ngga pernikahan kayak gitu?

2. Tidak terpenuhinya kebutuhan


Setiap individu pasti memiliki kebutuhan masing-masing. Kebutuhan itu bisa berupa fisik, emosi, spiritual bahkan finansial. Ada kebutuhan yang bisa dipenuhi sendiri, ada juga yang harus dipenuhi oleh pasangan. Nah, ketika kebutuhan dari pasangan itu tidak terpenuhi biasanya terjadilah konflik.

Seperti yang sudah saya kisahkan di bagian atas. Ada istri yang tidak terpenuhi kebutuhan finansialnya karena pendapatan suami tidak mencukupi. Akhirnya ia menggugat cerai.

Ada juga istri yang sudah terpenuhi kebutuhan finansialnya tapi ternyata kebutuhan emosinya belum. Boleh jadi karena suaminya sangat sibuk bekerja sehingga waktu untuk keluarga tidak banyak. Sedangkan istri tidak bisa bersabar dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan maksimal tersebut. Akhirnya ia mencari orang yang bisa memenuhi kebutuhannya.

Ada juga suami yang merasa tidak terpenuhi kebutuhan biologisnya karena tinggal di kota yang berbeda, sehingga ia mencari kebutuhan tersebut di lain.

Ada juga suami yang membutuhkan rasa hormat dari istri, tapi istri terlalu dominan sehingga terkesan melecehkan.

3. Pengaruh orang ketiga


Perbedaan prinsip ditambah tidak terpenuhinya kebutuhan bisa mengakibatkan hadirnya orang ketiga yang mempengaruhi hubungan.

Seperti yang saya sebutkan di poin kedua tadi, orang ketiga biasanya muncul karena ada penyebabnya. Namun ada juga suami/istri yang pada dasarnya memang "nakal" dan tidak bisa menjaga diri.

Orang ketiga tidak selalu pria atau wanita idaman lain. Bisa juga keluarga atau teman yang ikut campur dan mempengaruhi untuk berpisah.
 
Misal, orangtua prihatin melihat kehidupan anaknya yang masih belum mapan hingga membuat sang anak nekat meminjam ke rentenir. Merasa pasangan sang anak tidak bisa memenuhi kebutuhan anak dan cucunya, maka orangtua anak ini pun mempengaruhi anak agar bercerai dengan pasangannya.

Yang sering terjadi di Indonesia yang mayoritas beragama adalah anak ingin berbakti pada orangtua sedangkan pasangannya tidak setuju sehingga menimbulkan konflik yang tak kunjung usai.

Demikianlah 3 penyebab perceraian yang sering terjadi. 

Apakah bisa dihindari? Bisa.


Caranya:


- Kenalilah pasangan dan keluarganya sebelum resmi menikah.

- Bicarakan prinsip-prinsip hidup yang akan digunakan setelah menikah nanti.

- Bicarakan apa saja kebutuhan anda berdua butuhkan dalam pernikahan.

Bagaimana kalau sudah terlanjur menikah?


Sebenarnya masih bisa diperbaiki, jika keduanya mau...

- Saling memperbaiki diri

- Menentukan prinsip hidup yang disepakati bersama dan mematuhi prinsip itu.

- Saling terbuka mengenai kebutuhan masing-masing dan berusaha saling memenuhi.

Jika terlanjur tergoda pihak ketiga, maka harus berani memutuskan hubungan itu jika berupa pria/wanita idaman lain dan berusaha menjauhi dulu jika berupa keluarga/teman.

Intinya, pernikahan adalah mengenai anda dan pasangan, sehingga anda dan pasangan juga lah yang harus menyelesaikannya. Jika masih ingin bersama, sebesar apapun masalah pasti akan bersatu kembali. Tetapi jika salah satu sudah enggan, walaupun seluruh dunia mendukung pun tak ada gunanya.

Semoga pembahasan ini bermanfaat ya.







Comments

  1. Bahasan berat karena alasannya kadang sering tidak masuk akal juga. Hilangnya rasa cinta juga bisa menjadi salah satunya karena bagaimanapun cinta kalau tidak dipupuk, ya lama kelamaan akan punah juga.

    Juga masalah anak, yang satu ini terkadang tidak diduga bisa menjadi salah satu alasan perpecahan antara suami dan istri.

    Keluarga, seperti orangtua atau saudara pun tidak jarang menjadi "racun" yang menghancurkan tali pernikahan..

    Cara menghadapinya tidak mudah. Tapi, yang paling penting adalah saling memahami dan tetap saling mau belajar mengerti. #mudah dikatakan sulit dijalankan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali. Mudah dikatakan tapi sulit dijalankan.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ciri-ciri Pria yang Harus Diwaspadai

Image by Sammy-Williams from Pixabay Ladies, keinginan dicintai seorang pria adalah dambaan setiap wanita. Keinginan ini sangatlah wajar mengingat kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain terutama lawan jenis. Tetapi tidak lantas kita sembarangan mencintai atau terlena dengan rayuan gombal pria. Hati-hati banyak pria berbahaya di sekeliling kita yang ngobral cinta untuk memainkan kita dan bahkan ada yang untuk memanfaatkan cinta kita demi memuaskan nafsunya. Nah saya ingin berbagi beberapa ciri-ciri pria yang harus diwaspadai:  1) Terlalu banyak merayu  Wanita cenderung suka dipuji dan dirayu, baik itu mengenai penampilan fisik, kecerdasan, perilaku dan sebagainya. Oleh karena itu pria yang suka merayu cenderung mudah mendapatkan banyak wanita. Berhati-hatilah ladies dengan pria semacam ini. Jika ada yang mendekati anda dan dari awal sudah mulai memuji-muji anda lebih baik abaikan saja. Jangan takut disebut sombong.  2) Terlalu sering menceritakan betapa supernya dia 

Mengapa Kita Perlu Beragama?

Kenapa kita perlu beragama? Karena dengan adanya agama hidup kita lebih terarah. Semua ada aturan dan petunjuknya. Dari mulai ritual sampai keseharian pun ada. Dari mulai hubungan dengan Tuhan sampai dengan manusia bahkan makhluk lain. Kenapa terkadang agama terasa berat bahkan menghalangi kita? Sebenarnya tidak, agama ini datang untuk memudahkan kita. Semua yang ada dalam agama merupakan petunjuk yang haq dan ada manfaatnya. Semua yg ada adalah untuk kebaikan kita juga. Terkadang manusia memang mengikuti hawa nafsunya saja. Jikalaupun kita tak sanggup mengikuti yg di-syariatkan, agama takkan memberatkan. Tuhan tau kemampuan kita. Lakukan semampu kita. Siapakah petunjuk kita? Rasulullah Saw adalah petunjuk umat Islam.  Semua yang beliau lakukan dapat kita jadikan contoh. Jikalaupun ada yang tidak bersesuaian dengan zaman sekarang bukan berarti itu salah. Toh Rasulullah tidak pernah menyebutkan hadits yg melarang kita untuk mengikuti zaman. Mengikuti zaman itu seperti per

Sendiri? Siapa Takut?!

Saya suka memperhatikan status teman-teman di FB atau twitter tentang kegalauan dan kesendirian. Sendiri itu memang bikin galau dan galau itu biasanya karena sendiri he. Sendiri itu bisa karena memang lagi single atau bisa juga karena LDR. Yah sendiri itu memang tidak enak. Tapi apakah lantas harus diratapi? Tentu tidak.  Mari kita cari sisi positif sendiri sebanyak-banyaknya:  1) Free Yap sendiri berarti kita "bebas" untuk memutuskan hal dengan keinginan kita. Bebas untuk berencana tentang hidup kita. Bebas untuk bercita-cita. Pokoknya all about ourselves, no others.  2) Lebih memperhatikan diri Karena kita sendiri kita jadi lebih konsen dengan diri kita, mungkin dengan penampilan fisik ataupun kesehatan. Kita dapat merawat diri untuk penampilan fisik dan juga berolahraga untuk menjaga kesehatan.  3) Terhindar dari hal-hal terlarang Nah, buat teman-teman yang begitu menjaga diri, kesendirian adalah anugrah, karena dengan begini terhindar dari hal-hal terlarang seper