#MenikahItu
1. bukan akhir cerita tapi awal cerita baru.
2. perlu biaya, cinta aja ngga cukup. Oleh karena itu sebelum menikah harus sudah dipersiapkan sumber biaya untuk hidup. Bukan tidak yakin rezeki Allah Swt setelah menikah, tapi sudah siap sebelumnya itu lebih baik.
3. penyesuaian diri tiada henti. Meskipun kita sudah merasa cocok sebelum menikah, faktanya setelah menikah banyak hal yang membuat kita surprised dengan pasangan. Oleh karena kita harus terus menyesuaikan diri untuk keharmonisan.
4. perlu kerjasama dalam segala hal; reproduksi sudah pasti, membiayai kebutuhan sehari-hari, mengurus rumah, mengurus anak, menghadapi konflik, dsb. Jika hanya menjadi beban salah satu, pernikahan terancam tidak bahagia.
5. ada yang dikarunia anak, ada yang tidak. Anak bisa jadi sumber kebahagiaan, bisa juga kesedihan bahkan ujian sepanjang hidup. Sedangkan yang tidak memiliki anak bukan berarti tidak bisa bahagia. Karena menikah itu tidak hanya untuk memiliki anak. Hanya saja pertanyaan orang-orang tentang anak membuat hati tak nyaman. Yang sudah memiliki anak bersyukur, bersabar dan jadilah orangtua yang baik. Yang belum juga tetap bersyukur dan bersabar, Allah tidak akan membedakan kasih sayangNya pada siapa yang sudah mempunyai anak atau belum.
6. penyatuan dua keluarga. Kalo poligami lebih dari dua keluarga. Dua keluarga aja sudah banyak konflik, apalagi lebih. Yang pasti ketika sudah menikah kita tidak hanya memperhatikan salah satu keluarga saja, misal hanya keluarga dari istri saja. Jika hanya salah satu yang diperhatikan atau bahkan tidak memperhatikan keluarga dari keduanya, nampaknya ada yang perlu dievaluasi.
7. menghadirkan suka dan duka. Siapa bilang menikah bahagia terus? Ada saatnya kita merasa sedih karena pasangan, anak, dan lainnya. Wajar, namun jangan biarkan kesedihan berlarut-larut dan menggoyahkan hubungan. Segera selesaikan masalah.
8. bisa menambah pahala, bisa juga dosa. Meskipun menikah itu ibadah, tetap ada hal-hal yang membuat kita tak luput dari dosa. Berhati-hati saja.
9. harus punya tujuan, let it flow saja tidak cukup. Menikah tidak sampai resepsi dan punya anak saja, namun harus ada tujuan baik untuk dunia dan akhirat. Dengan tujuan2 tersebut pernikahan lebih terasa manfaatnya dan membuat hidup lebih baik.
10. perlu komunikasi. Sebelum menikah boleh jadi kita merasa excited berkomunikasi dengan calon pasangan. Nah herannya setelah menikah ada yang komunikasi dengan pasangannya makin berkurang, malah ada yang menghindar. Seharusnya setelah menikah komunikasi harus makin intens untuk mendiskusikan segala hal. Komunikasi yang kurang atau tertutup rentan mengakibatkan konflik dan kesalahpahaman.
11. tidak melulu soal sex, tapi tanpa itu bisa jadi masalah. Biasanya yang belum menikah sangat penasaran dengan masalah ini. Herannya setelah menikah justru masalah ini jadi berkurang karena sibuk dengan urusan-urusan apalagi jika sudah ada anak. Memang menikah tidak melulu soal ini, tapi patut diingat hal ini penting untuk merefresh kembali kasih sayang antar pasangan. Jangan sampai pasangan memenuhi kebutuhannya di tempat lain.
12. bukan berarti tidak pernah tergoda yang lain, namun tetap setia itu yang penting. Namanya manusia hatinya lemah. Ada yang lebih kinclong dikit jadi melirik. Tergoda wajar selama cukup sekian detik saja, sisanya kembali kepada pasangan.
13. tidak akan luput dari konflik. Hidup akan terus ada masalah. Ngga rame kalo ngga ada. Begitu juga pernikahan. Masalah bisa jadi pembelajaran untuk hubungan yang lebih baik jika keduanya mau saling menerima dan belajar.
14. bisa merasa bosan, oleh karena itu perlu ada quality time. Tiap hari liat dia lagi, dia lagi. Bisa jadi bosan, apalagi kalo hidup ngga ada perubahan. Tapi bukan berarti bosan itu harus pergi. Quality time lah yang perlu dilakukan. Mungkin dengan jalan berdua, makan berdua, apapun untuk menghilangkan kebosanan itu. Boleh jadi bukan bosan dengan orangnya, tapi dengan suasananya saja.
15. bukan berarti tidak bisa mengembangkan diri, namun mengutamakan keluarga itu lebih baik. Sudah menikah bukan berarti fokus ngurus keluarga saja, terutama bagi istri. Istri masih bisa belajar menambah ilmu dan keterampilan di luar, masih bisa bersosialisasi dan mengabdikan diri. Namun dengan syarat tidak menelantarkan keluarga.
16. bukan mengenai siapa yang lebih menguasai, tapi siapa yang bisa berkompromi. Boleh jadi ada pasangan yang salah satunya bossy, sampe-sampe ada istilah suami takut istri dsb. Harusnya tidak boleh takut donk dengan pasangan, takutnya sama Allah saja jika mengkhianati dan menyakiti pasangan. Jadi, dalam berumah tangga itu bukan masalah siapa yang lebih menguasai yang lain, masalahnya siapa di saat yang tepat untuk mengatur/memutuskan. Ada saatnya suami yang mengatur dan memutuskan, istri manut. Begitu juga sebaliknya.
Comments
Post a Comment