Skip to main content

Posts

Learning Activities

Beberapa waktu lalu saya post tweet mengenai beberapa kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris untuk siswa di kelas . Agar lebih nyaman dibaca, saya copy kembali semua tweet tersebut di sini. Semoga bermanfaat. (1) Work in pairs : siswa berpasangan dan saling tanya jawab. (2) Work in group : siswa membentuk kelompok dan melakukan dialog bersama kelompok. 3) Whole-class activity : siswa melakukan survey dengan bertanya pada setiap siswa di kelas, biasanya dibekali worksheet sebagai panduan. 4) Role-play : siswa berperan menjadi seseorang seperti yg dicontohkan guru, misal menjadi penjual atau pembeli. 5) Story telling : siswa mnceritakan sebuah cerita seperti yang dicontohkan guru atau yang sudah dimodifikasi. 6) Games : siswa bermain sebuah permainan dengan materi topik yang dipelajari hari itu, biasanya games ini untuk mereview materi. 7) Coloring : untuk young learners biasanya ada kegiatan ini untuk membuat mereka senang, setelahnya siswa mnceritakan apa yang sudah mereka warnai. 8) Cu

Menjadikan Indonesia Peduli

Beberapa waktu ini ada sesuatu yang mengganjal hati saya yaitu perilaku siswa di kelas yang agak kurang menyenangkan. Bukan karena mereka tidak hormat pada saya, tetapi siswa kurang menghargai temannya yang sedang presentasi di depan. Saya nilai kemampuan siswa-siswa di kelas sangat baik terutama speaking skill namun listening skill'y tidak memuaskan. Jadi siswa hanya peduli jika tiba gilirannya untuk tampil, namun jika temannya yang tampil mereka saling mengobrol atau BBMan. Saya coba cek dengan mereview apa yang sudah dipresentasikan temannya, hasilnya banyak yang tidak tahu karena tidak mendengarkan. Inilah yang menjadi keprihatinan saya yaitu kurangnya sikap peduli siswa dengan temannya. Jika saya lihat di lessonplan memang tidak ada objective untuk itu. Seringnya objectivenya: "siswa dapat menyebutkan, melakukan dialog, dan lain2". Intinya fokus pada kemampuan kognitif siswa saja. Jadi walaupun kelas berantakan tetapi siswa dapat mencapai tujuan tidak menjadi masalah

Cepatlah Menikah Sebelum Engkau Terfitnah (Sinopsis Buku)

Sebulan yang lalu saya mengikuti Dauroh di Mahad Ad-dhaus Shalaf, Cileunyi, Kab Bandung. Tempatnya jauh banget dan berada di dataran tinggi. Dari Mahad bisa melihat gunung Manglayang. Alhamdulillah teman saya mengajak (dengan sedikit memaksa) ke sini padahal saya ada agenda lain yang sama penting, tapi saya tidak menyesal mengikuti acara di sini karena mendapat ilmu dan pencerahan yang bermanfaat. Jadi, saya itu menghadiri dauroh (semacam pengajian tapi dengan banyak jamaah) dengan topik membedah buku "Cepatlah Menikah Sebelum Engkau Terfitnah" (Asy-Syaikh 'Abdullah bin 'Abdirrahman bin 'Abdillah bin Jibrin). Judulnya provokatif sekali nih jadi penasaran. Sebelum acara saya membeli bukunya agar lebih siap untuk mendengar pembedahannya :) Saya dan teman mengambil saf paling depan untuk mendengarkan penjelasan Pak Ustadz yang datang dari Solo. Ta'lim dibuka dengan hadits Rasulullah yang memerintahkan umatnya untuk menikah: Dari Abdullah bin Mas'ud berk

CONAPLIN 5: Day Two

Wah jeda nulisnya kelamaan nih. Semoga nggak basi ya membahas ini. Nah saya mau melanjutkan cerita mengikuti CONAPLIN Day Two. Baca ya ^_^   25 September 2012 PLENARY SESSION 1 Hari ini saya rada telat datang ke JICA FPMIPA tapi alhamdulillah acara belum dimulai dan peserta pun masih sedikit, dasar orang Indonesia ya jam karet hehe :D . Pemateri sudah hadir yaitu Ibu Itje Chodijah dari British Council Bandung. Wah saya excited banget nih bisa melihat Ibu Itje soalnya selama ini hanya berkomunikasi lewat salah satu grup di FB. Beliau terlihat cukup berumur namun dari pembawaannya semangat sekali, peserta terlihat fokus dengan apa yang beliau sampaikan. Judul materi yang beliau berikan juga sangat menarik: "To teach is to learn, to share and to empower". Saya hafal nih tanpa melihat ke daftar acara dulu. Singkat cerita beliau membahas mengenai bagaimana menjadi seorang guru yang tidak sekedar mengajar siswa tetapi juga belajar dari pengalaman di kelas. Beliau menyarankan guru-

CONAPLIN 5: Parallel Session Day One

Masih di tanggal 24 September 2012 Setelah dari sesi plenary, saya dan teman-teman menuju LPPM, sebuah gedung untuk pertemuan gitu di dekat UC (University Center). Sesi pertama jam 10.20-12.15. Saya memilih untuk masuk ke ruang 33 Lt. 4 karena salah satu presenter di sana adalah dosen favorit saya Ibu Ika dengan judul penelitian andalan beliau "Storytelling". Saat ingin masuk ke ruangan saya dicegat salah satu panitia yang menanyakan kartu tanda masuk yang harus saya beri, wah wah seperti di bioskop saja nih hehe. Saya harus turun ke Lt. 3 dulu buat mengambil kartu yang dimaksud. Hoho ternyata kartu itu sebagai entering pass, bentuknya sih persegi panjang gitu dan berwarna-warni. Klo nggak salah sih ruang 33 itu warna ungu. Setelah dapat kartu, saya dan teman buru-buru ke Lt.4 kembali untuk masuk kelas. Dimulailah sesi parallel pertama. Saya pikir presentasi dari Ibu Ika ini seperti seminar atau workshop yang biasa beliau bawakan, ternyata hanya menyajikan hasil penelitian da

CONAPLIN 5: Plenary 1 (Teaching with ARTS)

Akhirnya saya mengikuti CONAPLIN 5 pada tanggal 24-25 September 2012 dengan tajuk "Language Teacher Development in a Globalized World" . Awalnya saya bimbang dan ragu mau ikut apa nggak karena investasinya tuh yang "lumayan" buat kantong saya hehe. Yah, dengan niat mencari ilmu yang dapat menunjang pekerjaan saya akhirnya saya mendaftar dan menghadiri. Berikut hasil bolos dua hari kerja demi ilmu ^_^ 24 September 2012 Jam 8 pagi saya sudah berada di JICA FPMIPA UPI. Rencananya pembukaan dan sesi plenary pertama akan diadakan di auditorium JICA. Well saya udah lama nggak main ke sini jadi agak-agak lupa dimanakah auditorium itu berada. So, saya nanya aja ke salah satu cowok yang lewat dan dia menjawab di lantai dua.  Up up saya ke atas dengan cukup terburu-buru takut telat, alhamdulillah tidak. Di sana sudah banyak berkumpul orang-orang dengan pakaian rapi. Saya register dulu di meja khusus partisipan. Peserta dikategorikan jadi dua yaitu penyaji dan partisipan. Saya

3 Hal Untuk Mengajar

Menjadi seorang guru itu susah-susah menyenangkan ^_^ Kuliahnya minimal S1, ya nggak? Hayo guru mana yang bisa kurang dari itu sekarang? Guru PAUD aja harus S1 lho. Klo zaman dulu sih guru SD minimal DII, sekarang kudu S1. Nah karena itulah jadi guru itu tidak sembarangan karena syaratnya saja sudah berat. Sayangnya sih pada kenyataan yang jadi guru kebanyakan malah bukan dari latar belakarang ilmu pendidikan atau yang gelarnya S.Pd. Jadi guru bisa dari disiplin ilmu apa saja yang penting bisa menguasai materi yang akan disampaikan, prihatin ya. Kenapa prihatin karena jadi guru itu tidak sekedar mengajar lho. Guru harus berhadapan dengan siswa yang memiliki karakter berbeda-beda juga harus mengurus administrasi seperti lesson plan, silabus, kurikulum. Kalo yang dari non-pendidikan kudu belajar lagi. Itu sih idealis saya saja yang ingin guru-guru lulusan S.Pd, seperti dokter yang harus lulusan Fakultas Kedokteran atau pengacara yang Fakultas Hukum. Pada kenyataannya banyak yang lulusan