Pantaskah Aku?
Dita Aditya Putri
Kucapai lantai ketiga gedung ini setelah melewati puluhan anak tangga. Dengan perasaan tegang menyelimuti hatiku kupercepat langkah menuju ruangan itu—ruangan tempat aku kan melihat takdir ini ditentukan. Kulihat banyak muda-mudi berkumpul di kiri-kanan jalan yang kulalui. Mereka nampak asyik bertutur satu sama lain. Tujuanku semakin dekat. Aku melangkah ke dalam ruangan itu. Kudapati salah satu gadis yang kukenal tengah sibuk membolak-balikkan lembar demi lembar berwarna hijau. Kutepuk bahunya.
”Ar, semua nilai udah ada?” tanyaku padanya.
”Dua lagi belum, Wirus ama FG.” jawabnya.
”Lihat donk!”selorohku sembari menempatkan diri di sebelahnya, tak peduli dengan seorang laki-laki yang protes dengan senggolanku.
Aku ikuti setiap lembaran yang Arti buka, berusaha mencari-cari namaku.
Ya Allah tak sesuai harapanku. Batinku menanggapi setiap nilai yang terekam mataku.
Ya itulah takdirku. Takdir mendapatkan nilai yang tak begitu sempurna. Tentu saja aku kecewa karena ku merasa telah berusaha selama satu semester ini. Semua tugas telah kukerjakan. Kehadiran tak kulewatkan. Berpartisipasi? Jangan diragukan. Tapi itulah takdirku. Mungkin inilah jawaban dari Allah. Inilah yang pantas menurut-Nya. Mungkin kukan sombong dengan nilai A. Mungkin kukan lupa bahwa aku masih harus berusaha.
Kutinggalkan ruangan itu untuk kembali melangkah menuruni anak tangga. Batinku belum bisa menerima kenyataan ini. Aku terus menghibur diri dengan lebih banyak mensyukuri takdir ini. Nilai itu hanya pemberian atas usahamu. Yang terpenting adalah pembelajaran itu, ilmu itu, yang kan kau bawa dan kau amalkan di saatnya nanti. Takkan ada yang mempertanyakan nilaimu di luar sana. Takkan ada yang mau tahu dan peduli. Yang mereka inginkan adalah kontibusimu dan dedikasimu terhadap apa yang kan kau lakukan. Sobat, jangan sedih karena nilaimu mengecewakan. Jangan sedih karena indeks prestasimu pas-pasan. Please, cobalah untuk memahami hakikat belajar sebenarnya dan persiapkan diri dengan sebaik-baiknya, demi mereka yang telah menunggu kita dengan tawanya. Pantaskah aku? Aku, kamu, dan kita adalah orang-orang yang pantas. Yakinlah!
Comments
Post a Comment