Sudah hampir sebulan kita dihimbau untuk #dirumahaja demi mencegah penyabaran wabah covid-19.
Ada yang masih bisa bekerja, belajar, dan berwirausaha dari rumah. Ada juga yang tetap harus keluar rumah karena tuntutan hidup.
Entah sampai kapan keadaan seperti ini?
Apakah keadaan dari hari ke hari semakin baik atau semakin memburuk?
Apakah kita selamat dari wabah ini atau justru kitalah korban selanjutnya?
Informasi mengenai wabah ini gencar di mana-mana terutama sosial media. Ada yang berupa fakta, ada yang hoax. Ada yang isinya bernuansa negatif, ada yang positif.
Secara tidak langsung informasi itu mempermainkan pikiran dan perasaan kita hingga tak sedikit yang menjadi stress dan depresi.
Terutama mereka yang secara ekonomi terimbas. Diberhentikan kerja dari perusahaan, kehilangan pelanggan, tak ada pendapatan. Lama-kelamaan yang menyebabkan kematian bukan virus, tapi kelaparan. Ah!
Masihkah kita bisa happy? Tentu tidak.
Ya jujur saya tidak bisa sepenuhnya happy, apalagi jika mengingat banyak orang-orang di luar sana yang tetap harus bekerja di tengah pandemi.
Namun saya sadari hidup harus tetap berjalan walaupun sedang pandemi.
Terlebih lagi sebagai seorang ibu saya adalah pusat emosi keluarga. Jika saya tidak tenang bagaimana suami dan anak? Ya saya harus tetap tenang dengan cara-cara berikut:
1. Saya harus tetap makan
Tidak ada pandemi kita harus tetap makan, apalagi ada pandemi. Mengapa? Karena imunitas tubuh kita akan diuji dengan wabah ini. Makan makanan sehat adalah salah satu cara agar tubuh tetap fit dan sehat.
Sebagai pusat emosi keluarga, Ibu harus tetap makan, agar kuat memasak dan menghidangkan makanan sehat untuk keluarga. Jangan sampai lapar ya bu, karena lapar bikin sangar, auuum.
2. Saya harus tetap beribadah
Yap, yang ini jangan sampai ditinggalkan kecuali berhalangan. Karena di saat seperti ini kita semakin butuh Tuhan untuk menenangkan jiwa. Semakin banyak beribadah, semakin tenang, maka Ibu bisa menularkan itu kepada keluarga.
3. Saya harus tetap berpikir positif dan optimis
Setelah beribadah jiwa tenang, maka pikiran positif. Walau banyak berita negatif beredar dimana-mana, Ibu tetap optimis bahwa pandemi ini akan segera berlalu. Pikiran positif dan optimis ini ibu tularkan ke suami dan anak, maka mereka pun akan tetap tenang.
4. Saya harus tetap melakukan aktifitas di rumah seperti biasa
Walaupun pandemi menyerang, aktifitas tetap berjalan seperti biasanya. Ibu-ibu tetap dengan tugas negaranya memasak, beberes, ngurus anak dan lain sebagainya.
Karena semua anggota keluarga di rumah aja, bisa nih dijadikan momentum meningkatkan quality time keluarga dengan beberes bersama contohnya.
Buat Ibu yang juga harus bekerja dari rumah, bisa sambil mengenalkan pada anak bagaimana pekerjaan ibu yang mungkin akan menginspirasinya kelak.
5. Saya harus tetap mengembangkan diri
Di rumah aja tak berarti ibu tidak boleh belajar hal baru. Manfaatkan internet untuk mengembangkan diri. Contohnya saya hobi menulis. Selama pandemi ini saya salurkan hobi saya menulis di blog dan sosial media.
Setelah mengikuti tantangan menulis 30 hari dari sebuah akun di Instagram, tak sengaja menemukan postingan yang menawarkan kelas online "menghasilkan dari tulisan".
Jadi berpikir menjalankan hobi sekaligus dibayar. Hm sepertinya menarik. Capcus follow akun itu dan daftar kelasnya deh. Setelah ikut kelasnya, makin semangat menulis dengan tujuan yang berbeda yaitu menghasilkan dari tulisan.
6. Saya harus tetap menghasilkan
Pandemi datang, kita harus tetap punya uang. Kita harus tetap makan, bayar sekolah anak, bayar listrik dan keperluan lainnya. Namun di sisi lain penghasilan berkurang.
Contohnya saya, dirumahkan dari pekerjaan karena peraturan dilarang berkumpul. Otomatis tidak ada penghasilan.
Jangan patah semangat, tetap kreatif dan taraa saya memberanikan diri memulai usaha baru di bidang kuliner melalui platform GoFood.
Ternyata usaha ini sangat membantu orang lain yang butuh makan namun tidak bisa keluar rumah. Berasa jadi pahlawan euy!
7. Saya harus tetap menghibur diri
Setelah poin-poin di atas dijalankan, jangan lupa Ibu tetap harus menghibur diri. Karena melawan pandemi sekaligus melayani anak dan suami menguras energi, sesekali Ibu ambil waktu untuk me-time sejenak.
Lakukan hal-hal yang membuat ibu senang, misal nonton drakor, nonton YouTube, menyapa teman di sosmed, dan sebagainya. Sesudahnya, kembali lagi ke medan pertempuran dengan penuh energi.
***
Nah itulah 7 jurus anti bimbang ala saya selama menghadapi pandemi ini. Ingat ya bu, Ibu harus tetap tenang walau pandemi menyerang.
Memang tidak mudah, apalagi kalau serangannya ke isi dompet ya bu hehe. Tetap berpikir positif, percaya pada Tuhan, dan jalani hari-hari dengan optimis. Ibu tenang, keluarga pun senang.
Comments
Post a Comment