#HBC2106 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21
-Miki Baru Tau-
Baru saja Mita meletakkan kantong belanja di dapur, ponselnya berbunyi. Mita buru-buru meraih benda berwarna hitam itu.
"Assalamualaikum," sapa Mita pada suara di telepon.
"Waalaikumsalam, lagi apa Nak?"
"Baru dari warung, Mah."
"Rajinnya. Sudah adakah tanda-tanda Mamah mau punya cucu?" goda Mamah.
Mita menelan ludah. Tiba-tiba ia merasa tegang.
"Belum, Mah," jawab Mita ragu.
"Kalian baik-baik aja kan?" selidik Mamah.
"Baik koq."
"Kalian rutin berhubungan?"
"Err, lumayan."
"Kamu menikmatinya?"
"Mamah nanya apaan sih?"
"Maafkan Mamah nanya ini sayang. Mamah ngga pengen kamu tersakiti lagi. Kalau kamu belum hamil juga, kalian bisa berkonsultasi ke dokter. Mamah yakin anak Mamah ngga seperti yang digosipkan orang-orang dulu."
Mita terdiam. Memorinya kembali pada waktu dimana perceraiannya dulu menjadi pergunjingan keluarga. Lima tahun pernikahan tanpa anak kemudian diceraikan suami membuat orang-orang berasumsi bahwa penyebabnya adalah Mita yang tak kunjung hamil. Ada rasa sakit yang menusuk di dadanya.
"Sayang, kamu dengar Mamah?" tegur sang Mamah karena Mita tak kunjung menjawab.
"Eh, dengar koq, Mah."
"Maafin Mamah ya sayang, Mamah ngga bermaksud membuka lukamu. Mamah hanya pengen segera punya cucu,'" ungkap sang Mamah lirih.
"Ngga papa koq, Mah. Kami akan lebih berusaha."
Panggilanpun diakhiri sang Mamah.
Mita termenung di dapur. Sesungguhnya ia sendiri masih belum bisa menikmati hubungan intimnya dengan Miki.
Mita terkesiap ketika sebuah sentuhan mendarat di bahunya.
"Masak apa hari ini?" tanya pemilik sang tangan.
"Masak sop ayam aja ya," jawab Mita.
"Aku sih apa aja."
"Mik, barusan Mamah nelpon."
"Lalu?" tanya Miki heran.
"Beliau nanyain apa aku udah hamil atau belum?"
"Kamu jawab apa?"
"Belum."
"Masalahnya apa? Kalau belum ya tinggal bikin lah sampai jadi," jawab Miki cuek.
"Mik, boleh aku jujur?"
"Apa?" Miki merasakan ada yang tidak beres.
"Jujur, aku masih merasa takut saat kita berhubungan. Aku ngga menikmati hubungan kita karena itu."
Miki terperanjat mendengar pengakuan istrinya.
"Aku baru tau kalau kamu merasa begitu," ucap Miki pelan menahan syok.
***
#HBC2107 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21BaruTau
-Miki Baru Tau 2-
Miki terdiam, pandangannya diarahkan ke luar jendela. Udara pagi yang sejuk seketika terasa panas di antara mereka.
Miki kembali menatap Mita yang tak berani berucap lagi.
"Mita, kamu itu istri aku, bukan istri mantan kamu lagi!" tegas Miki dengan sedikit emosi.
"Aku ngga tau kenapa aku berpikir gini? Aku ..." ucapan Mita terpotong oleh ciuman hangat Miki. Mita luluh seketika.
Miki melepas ciumannya, "Mit, aku ngga peduli gimana masa lalumu, yang aku pedulikan adalah masa sekarang bersamamu. Plis, kalau kamu peduli aku jangan pikirkan dia lagi. Lihatlah aku, suamimu," tutur Miki dengan tatapan tajamnya.
"Maafkan aku, Miki," ucap Mita tertunduk.
"Ngga usah minta maaf, aku udah lapar nih, apa sarapannya tubuh kamu aja?" godanya lagi seraya terkekeh.
Mita segera mencubit perut Miki gemas.
Sambil menikmati sop ayam buatan Mita, Miki pun bertanya.
"Apa aku menyakitimu saat kita berhubungan?"
"Ngga Mik, ini cuma pikiran aku aja yang ngga bisa melepas sakit hati itu," tutur Mita.
"Kadang aku merasa kurang pede juga sih karena belum berpengalaman," ungkap Miki.
"Hm, apa boleh aku request sesuatu?"
"Apa?" Miki menghentikan aktivitas makannya dan memandang wajah Mita dengan serius.
"Kamu tu terburu-buru Mik, aku maunya kita pelan-pelan aja," ungkap Mita.
"Begitukah? Lalu aku harus gimana?"
"Ya udah nanti deh aku bilang gimana."
"Kenapa ngga sekarang aja?" goda Miki.
"Kamu harus ngurus usahamu dulu biar dapat uang," ucap Mita gemas disambut tawa Miki.
***
#30HBC2108 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21Baik #MikidanMita #BukanPernikahanNegeriDongeng
-Kebaikan Mita-
"Mik, ibu kontrakan udah nagih listrik nih, kamu udah ada uang?" tanya Mita di pagi hari.
"Bulan ini penjualan lagi sepi nih," jawab Miki tak bersemangat.
"Hm gitu ya?" tukas Mita seraya berpikir.
'Aku ada sih uang lebih, kemarin papah transfer, tapi kan berdasarkan kesepakatan dia yang bayar listrik,' batin Mita.
"Kamu lagi mikir apa?" tanya Miki membuyarkan pikiran Mita.
"Bulan ini aku deh yang bayar listrik, soalnya ngga enak udah dikasih tagihannya," Mita memutuskan.
"Maaf ya, Mit," balas Miki lirih.
Mita meraih ponselnya dan membuka aplikasi i-banking untuk mentransfer sejumlah uang pada pemilik kontrakan.
"Nah, udah, konfirmasi dulu ke beliau. Eh koq ada pesan dari Mas Atta ya?" heran Mita ketika melihat salah satu pesan belum dibaca di aplikasi chat-nya. Segera ia buka.
'Assalamualaikum, Mita. Mita punya uang 200rb? Kalau boleh Mas mau pinjam dulu buat bayar sekolah Nia. Bulan depan Mas bayar.'
Deg. Ini pesan kedua yang Mita dapatkan dari kakak iparnya ini. Sebelum Mita dan Miki menikah sang kakak ipar pernah meminjam uang untuk modal usahanya, namun belum dikembalikan sampai sekarang. Mita bingung harus bagaimana. Ia lihat status chat kakak iparnya masih online seperti menunggu jawaban Mita.
***
#30HBC2109 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21Baik #MikidanMita #BukanPernikahanNegeriDongeng
"Mik, Mas Atta ngirim pesan nih mau minjam duit," ungkap Mita.
"Dia tadi ngirim ke aku juga, tapi aku bilang aja penjualan lagi sepi," tukas Miki.
"Lalu aku harus gimana?"
"Terserah kamu aja."
Mita merenung lagi. Uang sisa dari transferan ayahnya sih masih ada, tapi masalahnya Mas Atta ini ngga menepati janjinya di pinjaman pertama. Apakah ia bisa dipercaya pinjaman kedua?
Seperti tau keraguan Mita, Mas Atta pun mengirim pesan lagi.
'Nanti, sekalian Mas kembalikan juga sama pinjaman pertama.'
Mita menghela nafas ragu. Dalam hati kecilnya ia iba. Ia tahu keadaan ekonomi sang kakak ipar yang sedang diuji, sedangkan anaknya sedang banyak membutuhkan biaya untuk sekolah.
'Waalaikumsalam. Baik, Mas. Mita transfer,' balas Mita.
'Terimakasih banyak, Mit,' jawabnya segera.
Dengan berat hati Mita kembali mentransfer sejumlah uang pada kakak iparnya.
'Bismillah, semoga Allah memberi kemudahan untuk kami juga kelak,' batin Mita.
Mita pun kembali ke dapur memulai tugas negaranya.
Tiba-tiba ada sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Ia tersentak.
"Kamu kaget ya?" tanya suara itu terkikik.
"Ih kamu suka ngagetin aja sih?" omel Mita.
"Maaf ya Mit, aku ngerepotin kamu terus, ditambah kakakku," tutur Miki dengan nada penyesalan.
"Ya kalau ada sih aku bisa bantu, kalau ngga ada ya mau gimana lagi?" jawab Mita sambil terus menyabuni piring di depannya. "Siapa tau nanti anak kita juga membutuhkan bantuan kan, jadi kita bantu aja dulu anak orang lain sekarang," tambahnya.
"Anak kita? Apakah kamu sudah...?" Miki antusias.
"Yah kita lihat aja nanti," jawab Mita pendek disambut pelukan yang lebih erat.
***
#30HBC2110 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21MasaKecil #MikidanMita #BukanPernikahanNegeriDongeng
-Masa Kecil Miki-
"Mit, bunda ngirim pesan nih," tukas Miki seraya menunjukkan layar ponselnya.
Mita membaca dengan seksama.
"Bunda kangen kamu tuh," seru Mita.
"Menurut kamu gimana?" tanya Miki tak bersemangat.
"Lah koq nanya aku? Kamu gimana?" Mita heran.
"Kamu mau ngga nginap di rumah orangtuaku?"
"Ya mau lah, kan mereka udah jadi orangtuaku juga."
"Ya udah malam ini siapin aja yang mau dibawa besok."
Pukul 9 pagi Mita dan Miki mengendarai motor mereka menuju kediaman ayah bunda. Sebenarnya Miki enggan ke sana. Selain perjalanan yang panjang dan macet, ia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi di sana. Tapi melihat Mita yang antusias, ia pun menekan keengganan itu.
Setelah 1,5 jam perjalanan, mereka sampai di depan rumah orangtua Miki. Bunda menyambut dengan gembira, begitu juga ayah yang sedang membaca koran.
"Makan dulu ya, pasti lapar. Bunda sudah masakin kesukaan kamu," tutur Bunda pada Miki.
Miki tidak menyahut, hanya mengangguk. Ia meletakkan tas dan bawaan lainnya di kamar yang sebelumnya adalah kamarnya, sekarang menjadi kamar salah satu kakaknya.
Mita dan Miki mengambil makanan di meja makan. Ada telur ceplok dilumuri bumbu berwarna merah.
"Ini kesukaan Miki," tukas bunda.
"Kamu harus belajar masak ini nih," seloroh Miki. Mita hanya tersenyum.
Mita duduk di salah satu kursi meja makan dan mendengarkan obrolan bunda. Sedangkan Miki terus berlalu.
"Kamu kemana?"
"Makan di kamar."
"Miki memang gitu, Mit. Ngga pernah mau makan bareng di meja makan," ungkap ibu. "Senengnya di kamar aja main komputer. Kalau dipanggil baru keluar. Anaknya harus disuruh kalau kita butuh bantuan. Mohon maklum ya."
"Iya Bu, Mita udah paham," jawab Mita tersenyum.
Tiba-tiba ayah datang.
"Ayo makan yang banyak, ibu udah masak buat kalian," tukas ayah seraya mengambil makanan juga.
"Miki mana?" tanya ayah.
"Di kamar, Yah," jawab Mita.
"Anak itu memang gitu, sembunyi aja kerjaannya," keluh ayah.
***
#30HBC2111 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21MasaKecil #MikidanMita #BukanPernikahanNegeriDongen
Setelah makan, Mita ingin beristirahat di kamar. Namun, ketika melewati ruang keluarga, ayah memanggilnya. Mita pun duduk di kursi sebelah ayah.
"Gimana rasanya udah setengah tahun jadi istri Miki?" tanya ayah santai.
"Hm... baik-baik aja yah," jawab Mita kikuk.
"Miki itu gitu suka nyumput, ngga suka ngobrol. Waktu kecil sih cerewet, suka cerita, tapi setelah remaja ngga banyak ngomong. Kalau ditanya baru jawab, itu juga seperlunya aja," tutur ayah panjang. Mita manggung-manggut.
"Didikan bunda begitu, anak jadi ngga bener. Ayah dulu ngga ikut ngedidik karena dinas terus ke luar kota bahkan luar negeri," sambung ayah dilanjutkan cerita lainnya. Tak sedikit pun Mita diberi kesempatan untuk menanggapi.
Miki yang mendengar dari dalam kamar yang tidak ditutup sudah menduga pasti ayahnya pamer kejayaan masa lalu dan menjelekkan bundanya. Ia mendengus kesal.
"Ayah maaf, Mita mau sholat dzuhur dulu," potong Mita sopan. Ia pun bergegas masuk ke kamar.
"Udah ceritanya?" goda Miki menyambut Mita.
Mita menekuk wajahnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Mita masih belum bisa menutup matanya. Diambilnya kipas kertas untuk mengusir gerah.
"Panas ya?" tanya Miki sambil terus memainkan game di laptopnya.
"Iya nih," jawab Mita pendek.
"Di sini emang agak panas, ngga kayak di kontrakan kita, tapi lebih panas lagi di luar dengar omongan ayah yang ngga enak," tukas Miki.
"Seru sih cerita ayah tapi kalau udah ngejelekin bunda dan anak-anaknya jadi ngga seru lagi," balas Mita sambil terus mengipas lehernya. Ia membuka dua kancing piyamanya agar lebih lega.
"Udah ngga usah pakai baju aja biar ngga gerah," goda Miki seraya terkikik.
"Maumu," balas Mita gemas. "Mik, kata ayah kamu dulu ngga pendiam kayak sekarang," Mita mengalihkan pembicaraan.
"Iya, dulu aku memang orangnya cukup terbuka."
"Lalu, kenapa sekarang ngga gitu?"
"Aku pernah berantem dengan ayah," jawab Miki pelan seperti tak mau mengungkapkan.
"Apa aku boleh tau penyebabnya?" selidik Mita.
Miki menutup laptopnya dan menatap Mita.
#30HBC2112 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21BantuTeman #MikidanMita #BukanPernikahanNegeriDongeng
"Ayah banyak menyakiti bunda, tidak jujur masalah keuangan dan lain-lain. Bunda curhat padaku waktu aku masih SMP. Aku kesal dengan ayah, aku bikin surat menyatakan kekesalanku itu. Tapi ayah bukannya introspeksi, aku disebut anak tidak tahu diri dan ..." Miki menahan penuturannya.
"Dan apa?" Mita penasaran.
"Aku ditampar, bunda dimaki-maki," Miki menghela nafas berat. "Semenjak itu aku menganggap tak ada artinya aku ngobrol dengan dia, peduli amat dia mau ngapain," tutur Miki dengan nada suara yang menahan emosi.
Mita segera memeluk Miki menenangkan.
"Sekarang ada aku yang dengerin kamu ngomong," ucap Mita sambil melepaskan pelukan dan menatap wajah Miki.
"Kamu berusaha menggoda aku ya?" goda Miki.
"Ngga, ah," tepis Mita langsung menjauh dan mendaratkan tubuhnya di kasur.
Miki pun tertawa dan ikut merebahkan diri. Malam itu mereka habiskan dengan menyelami kisah masa kecil Miki yang membuat Mita semakin mengenal suaminya.
***
Miki dan Mita pamit pulang pada ayah dan bunda. Bunda membawakan banyak sekali makanan. Meskipun menurut Miki orangtuanya tidak akur, Mita bisa merasakan kasih sayang mereka berdua. Mita merindukan kedua orangtuanya yang berada di pulau berbeda.
Kembali menempuh perjalanan 1,5 jam menuju kota yang berbeda. Melalui jalan yang penuh dengan kendaraan yang saling berebut ingin mendahului, lampu lalu lintas yang tak ada habisnya, dan akhirnya sampai di rumah mungil.
"Alhamdulillah sampai juga," ucap Mita seraya turun dari motor dan membuka pagar.
Miki memarkirkan motor dan menurunkan barang bawaan.
"Makan langsung yuk, Mik. Aku lapar nih," tukas Mita.
"Sama aku juga," balas Miki.
Sambil menikmati sayur asem buatan bunda mereka mengobrol. Tiba-tiba ponsel Mita berbunyi.
"Siapa yang nelpon?" tanya Miki.
"Kang Dodi, ada apa ya?" heran Mita.
Ia pun menjawab telpon.
"Assalamualaikum," ucap suara itu.
"Waalaikunsalam," jawab Mita.
"Teh Mita bisa bantu saya? Istri saya pendarahan, saya ngga tau harus menghubungi siapa lagi," tuturnya panik.
#30HBC2113 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21BantuTeman #MikidanMita #BukanPernikahanNegeriDongeng
"Apa yang harus saya lakukan, Kang?" tanya Mita terkejut.
"Tolong temani istri saya, saya mau cari bantuan, dia harus dibawa ke rumah sakit," tuturnya panik.
"Baik, Kang," jawab Mita segera dan menutup percakapan.
"Ada apa?" tanya Miki segera.
Mita menuturkan permasalahan dan segera menyiapkan diri.
"Kamu ngga capek?" tanya Miki khawatir.
"Mau gimana lagi, Mik. Ini darurat," sahut Mita seraya berlalu.
Sebenarnya Miki tidak berkenan istrinya pergi, tapi ia tau sifat Mita yang senang menolong orang lain. 'Semoga semuanya baik-baik saja,' batin Miki.
Setiba di rumah Kang Dodi Mita langsung turun dari motor dan melihat keadaan istrinya. Darah segar mengalir dari dalam rok yang dikenakannya membasahi betis hingga kasur. Ia berbaring menyamping dengan wajah yang pucat dan terus mengusap perut besarnya.
"Teteh baik-baik aja?" tanya Mita pelan.
Ia hanya tersenyum lemah.
'Tentu saja dia tidak baik-baik aja,' batin Mita merasa menyesal dengan pertanyaannya.
"Teh, aku minjam motor kamu dulu ya buat nyari bantuan, aku titip istri dan anakku," tukas Kang Dodi pelan namun wajahnya tetap tak bisa menyembunyikanraut rasa paniknya.
Mita mengangguk dan menyerahkan kunci motor. Tangan Kang Dodi menyambut dengan gemetar.
Mita merasa cemas keadaan memburuk. Istri Kang Dodi hanya bisa berbaring pasrah dan anaknya yang berumur kurang dari dua tahun itu terus menempel di sisi ibunya. Mita berusaha menyentuhnya, tapi ia menjauh.
5 menit. 15 menit. Kang Dodi tak juga kembali. Mita semakin ketakutan istri Kang Dodi kehabisan darah dan hidupnya berakhir. Tapi ketakutan itu berkurang dengan kedatangan Kang Dodi dengan seorang wanita dan pria.
"Ini teman aku, Teh," sebut Kang Dodi. Kemudian mereka sama-sama mengangkat istri Kang Dodi ke mobil yang dibawa temannya. Mobil diparkir cukup jauh dari rumah kontrakan Kang Dodi karena tidak bisa masuk ke gang tempat kontrakan berada. Darah berceceran sepanjang jalan menuju mobil membuat suasana makin dramatis. Para tetangga memandang heran kejadian itu.
"Ada apa, Teh?" tanya salah satu tetangga.
"Istri Kang Dodi pendarahan bu, kandungannya lemah," sahut Mita segera.
"Ya Allah, semoga ngga kenapa-kenapa," sahut wanita tersebut.
Kang Dodi, istri, dan dua temannya tadi menuju rumah sakit. Anaknya yang terus menangis terpaksa ditinggalkan bersama Mita yang tak tau harus berbuat apa. Ia memang tidak terlalu menyenangi anak-anak sehingga tak biasa mengasuh.
Melihat Mita tak juga melakukan sesuatu untuk menenangkan anak Kang Dodi, tetangga tadi pun menawarkan diri untuk menjaga sang anak hingga Kang Dodi dan istrinya pulang.
"Maaf jadi merepotkan Ibu," ucap Mita merasa tak nyaman.
"Udah ngga apa-apa, di sini dia bisa main sama anak saya," jawab Ibu itu menenangkan.
Mita pun kembali ke rumah dan berharap istri Kang Dodi dan bayinya selamat.
***
#30HBC2114 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21Tempat #MikidanMita #BukanPernikahanNegeriDongeng
Mita sampai di rumah ketika adzan Dzuhur berkumandang. Ia merasa sangat lelah.
"Semur jengkol dari bunda masih ada kan?" tanyanya pada Miki.
"Tenang, masih ada," jawab Miki geli.
Mita pun membersihkan diri dan segera menyantap makan siangnya.
"Gimana tadi?" tanya Miki penasaran.
"Dramatis. Istrinya Kang Dodi pendarahan hebat. Aku takut dia ngga selamat," tutur Mita khawatir.
"Semoga beliau dan bayinyi dilindungi Allah," balas Miki menenangkan.
"Aamiin," jawab Mita pendek sambil terus melahap semur jengkol favoritnya.
"Mit, kamu tu baik banget sih, selalu bantu siapa aja."
"Ya kalau bisa bantu, kalau ngga ya ngga bisa."
"Kadang, aku takut aja ada laki-laki lain yang tertarik karena kebaikanmu," ungkap Miki pelan.
Mita menatap wajah Miki dengan serius.
"Tenang, Mik. Cuma kamu yang ada di tempatku," tukas Mita kemudian.
"Maksudmu?" Miki heran.
"Eh cuma kamu yang ada di hatiku," ralat Mita kemudian seraya terkikik.
#30HBC2114 #30HariBercerita @30haribercerita #30HBC21Tempat #MikidanMita #BukanPernikahanNegeriDongeng
Mita sampai di rumah ketika adzan Dzuhur berkumandang. Ia merasa sangat lelah.
"Semur jengkol dari bunda masih ada kan?" tanyanya pada Miki.
"Tenang, masih ada," jawab Miki geli.
Mita pun membersihkan diri dan segera menyantap makan siangnya.
"Gimana tadi?" tanya Miki penasaran.
"Dramatis. Istrinya Kang Dodi pendarahan hebat. Aku takut dia ngga selamat," tutur Mita khawatir.
"Semoga beliau dan bayinyi dilindungi Allah," balas Miki menenangkan.
"Aamiin," jawab Mita pendek sambil terus melahap semur jengkol favoritnya.
"Mit, kamu tu baik banget sih, selalu bantu siapa aja."
"Ya kalau bisa bantu, kalau ngga ya ngga bisa."
"Kadang, aku takut aja ada laki-laki lain yang tertarik karena kebaikanmu," ungkap Miki pelan.
Mita menatap wajah Miki dengan serius.
"Tenang, Mik. Cuma kamu yang ada di tempatku," tukas Mita kemudian.
"Maksudmu?" Miki heran.
"Eh cuma kamu yang ada di hatiku," ralat Mita kemudian seraya terkikik.
Comments
Post a Comment