Miki dan Mita (Part 16)

#30HBC2129 #30HariBercerita @30haribercerita

"Mik, mamah maksa kita buat promil nih," ungkap Mita pelan setelah menutup telpon dari mamah.

"Kamu siap?" tanya Miki.

"Hm... Sebenarnya aku takut, Mik," jawab Mita ragu.

"Kenapa?"

"Aku takut kalau ternyata hasilnya menyakitkan," jawab Mita dengan suara bergetar.

Miki segera meraih tubuh Mita dan memeluknya erat.

"Apapun hasilnya harus kita terima, Mit," ujar Miki menenangkan.

Keesokan harinya mereka pergi ke rumah sakit ibu dan anak terdekat dan berkonsultasi pada seorang dokter kandungan.

Semua petugas rumah sakit menggunakan APD lengkap. Jadwal konsultasi pun dibatasi.

"Sepertinya kita akan menghabiskan waktu sebulan buat menyelesaikan proses pemeriksaan ini, Mik," tukas Mita lesu setelah pertemuan pertama dengan dokter.

"Bersabarlah," sahut Miki tersenyum.

Dengan sabar Miki dan Mita melakukan beberapa kali pertemuan dengan dokter dan menjalankan pemeriksaan.

Hari ini mereka akan mengetahui hasil dari pemeriksaan. Miki sudah bersiap-siap pergi. Namun, ia lihat Mita masih mengenakan mukena setelah menunaikan sholat maghrib.

"Kita jadi pergi?" tanya Miki pelan.

"Aku ... tegang, Mik," jawab Mita cemas.

Miki meraih tangan Mita dan menggenggamnya.

"Mita, berhasil atau tidak, kamu tetap istriku dan aku tetap suamiku, ingat itu," ucap Miki tegas.

Mita berusaha menyunggingkan senyum. Miki mengecup keningnya lembut.

Akhirnya Mita memberanikan diri menemui dokter kandungan. Hari itu antrian pasien tidak terlalu banyak karena harus sesuai janji. Tak lama mereka duduk di ruang tunggu, nama Mita dan Miki dipanggil petugas.

Mita dan Miki masuk perlahan ke ruangan bernuansa putih itu. Dokter menyambut mereka dengan senyuman dan mempersilakan mereka duduk. Mita berusaha menenangkan detak jantung yang semakin berderu.

"Bapak Ibu udah siap saya bacakan hasilnya?" tanya dokter itu ramah.

Mita tak dapat menyembunyikan ketegangannya lagi, rasanya ingin kabur dari tempat itu. Seolah tau apa yang ada di benak Mita, Miki pun segera menggenggam tangan sang istri menenangkan.

Perlahan dokter membuka lembaran hasil laboratorium yang ada di meja dan membacanya dengan serius. Ia menghela nafas perlahan.

"Hm begini Bapak, Ibu, ..."


Comments