Meskipun nini, beberapa saudara, dan ipar bersikap kurang baik, Bapak dan Ibu tidak membalasnya. Bapak Ibu mengalah dan bersikap baik.
Setelah pindah kembali ke Sampit, perekonomian kami semakin membaik. Bapak bisa membeli motor dan mobil, bisa juga membantu Kai dan nini. Semenjak itulah sikap nini mulai berubah. Beliau tidak lagi sinis dengan orangtua saya.Saya masih sering sakit-sakitan. Bapak Ibu membawa saya ke dokter anak. Menurut dokter penyakit step yang saya derita itu normal untuk balita. Jika setelah usia lima tahun saya masih mengalami step, barulah diperiksa kembali, boleh jadi ada kelainan di otak saya. Qadarullah, setelah lima tahun step tidak pernah muncul lagi.
Semakin tinggi pohon, semakin kuat angin menerpa. Begitulah yang terjadi pada keluarga saya. Setelah adik saya lahir, perekonomian kami semakin meningkat. Di usia 30 tahun Bapak sudah cukup mapan. Mengetahui kondisi menantunya seperti itu, nenek di Bandung banyak tuntutan. Ada saja alasan untuk meminta kiriman uang. Jika tidak dipenuhi beliau akan mengeluarkan sumpah serapah. Bapak Ibu sering diteror baik melalui telepon rumah maupun surat. Beliau pun tak segan menelpon ke kantor Bapak. Subhanallah.
Kakak tertua ibu perilakunya sebelas-duabelas dengan nenek. Beliau tak bertanggungjawab pada anak-anaknya, sehingga menjadi beban adik-adiknya termasuk orangtua saya. Tak tahan melihat istrinya mengeluh dan tertekan, Bapak selalu memenuhi permintaan mertua dan menantunya.
Sikap Ibu kadang terlalu baik. Ibu bermaksud membantu anak tetangga untuk mendapatkan pekerjaan di kantor Bapak. Namun air susu dibalas air tuba. Anak tetangga ini justru berusaha menggoda Bapak hingga rumah tangga orangtua saya nyaris kandas.
@30haribercerita #30haribercerita #30HBC2010 #MengenangBapak #BapakSiagiannor
Comments
Post a Comment