Mengenang Bapak (Part 7)

Sesampai di Sampit Bapak langsung menyampaikan keinginannya melamar kekasihnya. Orangtua beliau menyetujui dan bersedia datang ke Bandung.

April 1986

Bapak dan kekasihnya bertunangan. Orangtua bapak meminta waktu untuk mengumpulkan biaya pernikahan.

November 1986

Bapak dan kekasihnya menikah secara sederhana. Pesta tak jadi dilaksanakan karena ada hal mendadak yang terjadi sehingga biaya untuk perayaan terpakai. Tak ingin pernikahannya tertunda, Bapak menabung sendiri uang untuk membeli mahar. Resmilah Bapak dan Ibu saya menjadi pasangan suami istri

Setelah menikah ujian hidup berdatangan. Bapak belum lulus dan bekerja. Sedangkan Ibu terpaksa tidak melanjutkan skripsi karena tak ada biaya. Sakit aki (bapaknya ibu) semakin parah, sedangkan nenek mulai menuntut menantu laki-lakinya untuk memberi.

Kasihan melihat istrinya tertekan, Bapak memutuskan untuk membawa Ibu pulang ke Sampit setelah lulus. Namun di Sampit ujian lain menanti. Dalam keadaan hamil Ibu harus menyesuaikan diri di pondok mertua indah bersama para adik ipar.

Sebelum saya lahir, Bapak diterima bekerja di sebuah perusahaan kayu. Melihat ibu yang tak tahan tinggal bersama mertua, Bapak berusaha menyisihkan penghasilan untuk bisa mengontrak.

Setelah saya lahir, Bapak dan Ibu mengontrak rumah agar mandiri, namun sempat dihalangi Nini (ibunya Bapak). Syukurnya Kai (bapaknya Bapak) bersikap bijak dengan mengizinkan Bapak dan Ibu keluar dari rumah.

Semenjak itu dimulailah petualangan kemandirian Bapak dan Ibu di rumah kontrakan kecil.

Insya Allah dilanjutkan besok.

@30haribercerita #30haribercerita #30HBC2007 #MengenangBapak #BapakSiagiannor

Comments