Fakta Kehidupan Ke-17: Masih Sendiri Bukan Berarti Hina, Sudah Berpasangan Bukan Berarti Mulia



Bab Hubungan Antar Manusia


Fakta Kehidupan Ke-17


"Orang-orang mendambakan pasangan yang diharapkan menjadi teman hidup hingga tua nanti. Namun faktanya, tidak semua orang mudah mendapatkan pasangan, bahkan yang sudah disahkan pun masih bisa berpisah. Oleh karena itu, masih sendiri bukan berarti hina, sudah berpasangan bukan berarti mulia."



Fifi sudah memasuki usia kepala tiga. Ia anak pertama dari tiga bersaudara. Orangtuanya terus mendesak Fifi agar segera menikah, apalagi sang adik sudah memiliki calon suami. Fifi merasa tertekan dengan itu. Ia sudah berusaha tapi usahanya belum berbuah manis.


Ada yang cocok tapi gagal, ada yang serius tapi ia merasa tidak klop. Fifi sering di-judge keluarganya terlalu pemilih terhadap laki-laki. Fifi selalu membela diri bahwa untuk menikah memang harus mencari yang cocok untuk sekali seumur hidup, jangan asal laku aja.


Karena adiknya sudah memiliki calon yang serius ingin menikahi, Fifi pun mengalah dilangkahi. Setelah adiknya menikah dan tinggal di rumah bersama Fifi serta keluarga, terlihatlah bagaimana karakter asli suaminya.


Ternyata perilaku suami adik Fifi tidak seperti yang mereka duga. Adik Fifi dan suaminya sering bertengkar, bahkan suaminya pun tidak segan cekcok dengan ibu Fifi yang berwatak keras. Di situlah Fifi menyadari bahwa pernikahan tidak mudah dan ia semakin selektif dengan pria yang akan menjadi calon suaminya.


Di kisah lain, Fifi memiliki sahabat yang juga terburu-buru menikah karena sudah berpacaran. Bukan karena sudah berbadan dua, melainkan orangtua sahabatnya ini khawatir anaknya tidak bisa menjaga diri saat kuliah di perantauan dan dekat dengan pacarnya. Akhirnya mereka dinikahkan saat masih kuliah. Ternyata sahabat Fifi dan suaminya ini tidak satu visi dan misi walau mereka mengaku saling mencintai.


Mereka sering cekcok saat masih berstatus sebagai mahasiswa. Sahabat Fifi yang saat itu baru belajar agama ingin suaminya bisa menjaga diri dari pergaulan, namun suaminya tidak bisa menjaga diri dengan masih kongkow-kongkow dengan teman perempuannya. Mereka ternyata berbeda prinsip hidup. Pada akhirnya suami sahabatnya ini terlibat perselingkuhan di tempat kerjanya dan sahabat Fifi pun diceraikan.


Melihat fakta yang ada, Fifi semakin banyak belajar bahwa menikah itu tidak mudah dan jangan asal pilih pasangan hanya karena ingin cepat laku saja. Untuk menikah butuh pasangan yang tidak hanya mampu mengucapkan cinta di mulutnya tapi mampu membuktikan secara nyata dengan tindakannya. Dan dalam pernikahan itu harus bisa saling berkompromi.


Dalam kasus adik Fifi, suaminya tidak bisa menyesuaikan diri dengan keluarga istrinya, sehingga keduanya sering bertengkar. Sedangkan kasus sahabat Fifi, suaminya tidak mau berkompromi dengan apa yang istrinya kehendaki, sehingga keduanya pun sering cekcok.


Menikah itu memang tidak mudah. Oleh karena itu dalam agama pun disebutkan bahwa menikah adalah setengah dari agama. Bukan berarti orang yang menikah itu sudah mulia, melainkan ia sudah mengemban tugas-tugas berat yang jika dijalankan dengan benar bisa menyempurnakan agamanya. Sebaliknya jika tidak bisa maka bukan pahala yang ia dapatkan melainkan dosa.


Oleh karena itu, masih sendiri bukan berarti hina. Boleh jadi mereka yang sendiri lebih baik karena bisa lebih fokus berbakti pada orangtua, mengabdi pada masyarakat dan sebagainya. Sedangkan sudah berpasangan bukan berarti mulia jika tidak bisa mengemban tugas-tugas yang seharusnya sebagai suami dan istri.

Comments