Fakta Kehidupan Ke-11: Ketika Kita Bertemu dengan Orang yang Tak Menyenangkan, Apa yang Harus Dilakukan?





Image by TheHilaryClark from Pixabay

"Di dunia ini, kita akan bertemu banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda. Ada orang yang menyenangkan, ada juga yang meresahkan. Ambil hikmah dari keduanya."

Tya memiliki keluarga yang unik. Kerabat terdekat yang seharusnya menjadi pengayom dan pelindung justru menjadi orang yang paling membebani dan menyakiti. Ia memiliki paman dan nenek yang toksik. Orangtua Tya sudah menjadi korban sebelumnya dan sekarang Tya ikut direpotkan dengan harus menghadapi mereka. 

Keduanya aparatur sipil negara, namun karena kebodohannya mereka terus menggadaikan SK demi meminjam uang berbunga yang awalnya hanya 6 juta menjadi 30 juta. Sungguh kebodohan yang dipelihara. Maksud Tya ingin meluruskan kesalahan sang paman, justru dibalas dengan makian tak berperasaan. Sang paman mun seolah melupakan kebaikan orang tua Tya yang sudah banyak memberi bantuan selama ini.

Di sisi lain, Tya justru banyak mendapat bantuan dari kerabat jauh. Orangtua Tya memang sering membantu siapa saja. Tya merasakan buah kebaikan orangtuanya dari mereka. Tya heran, mengapa bisa keluarga yang harusnya bisa lebih dekat malah menyakiti, justru yang lebih jauh mau membantu tanpa pamrih.

Itulah fakta kehidupan. Kita akan bertemu orang yang menyenangkan dan meresahkan, bahkan dalam keluarga sendiri. Kita tidak bisa memilih takdir ingin memiliki orangtua, saudara, paman, bibi, kakek, nenek dan nenek seperti apa. Semua sudah digariskan Tuhan. Kita hanya bisa menerima takdir itu. Meskipun begitu kita masih bisa memilih bagaimana cara kita bersikap terhadap orang-orang tersebut.

Seperti yang disebutkan oleh Mark Manson (2016) dalam bukunya "Seni Untuk Bersikap Bodo Amat", pilihlah nilai dan parameter hidup yang bisa kita kontrol.

Misalnya, nilai hidup kita adalah ingin menjadi seseorang yang menginspirasi banyak orang melalui tulisan kita. Kemudian parameternya adalah banyak orang yang memberi jempol atau komentar di tulisan kita. Tentunya parameter ini tidak bisa kita kontrol karena melibatkan orang lain yang memiliki nilai dan parameter hidup yang berbeda pula.

Ketika tulisan kita tidak banyak diberi jempol dan komentar, maka kita cenderung kecewa dan menganggap apa yang kita lakukan sia-sia. Lain halnya jika parameter kita adalah mendapatkan kepuasan dan kelegaan dari menulis. Parameter ini bisa kita kontrol karena berasal dari diri sendiri. Jadi, semakin kita merasa puas dan lega dengan tulisan sendiri, maka kita mencapai nilai hidup yang kita inginkan.

Dihubungkan dengan kasus Tya dengan kerabat toksiknya. Jika Tya menjadikan nilai hidupnya untuk menjadi orang yang bermanfaat dengan parameter menyenangkan semua orang, maka Tya akan mendapatkan kekecewaan. Karena Tya tidak bisa mengontrol kesenangan orang lain. Yang Tya bisa kontrol adalah membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dan sabar terhadap sikap orang lain.

Itulah fakta kehidupan. Kita akan bertemu orang yang baik dan tidak. Kita tidak bisa menghindarinya. Namun, kita bisa mengontrol bagaimana cara kita menghadapinya dan mengambil hikmah dari pengalaman tersebut.

Comments