Fakta Kehidupan Ke-10: Kita Bukan Tuhan yang Bisa Menolong Semua Orang

Image by sasint from Pixabay

 Fakta Kehidupan Ke-10

"Kita bukan Tuhan, kita tidak bisa menolong setiap orang yang meminta pertolongan. Ada kalanya kita hanya bisa mendengarkan dan memandang."

Suatu hari seorang kerabat datang ke rumah Wati. Ia ingin meminjam uang untuk keperluan anaknya. Biasanya Wati memenuhi keinginannya, namun kali ini Wati tak dapat membantu karena uang yang ada akan digunakan untuk keperluan anaknya juga. Wati ingin sekali bisa membantu, tapi apa daya kemampuan pun terbatas. Terpaksa ia berkata tidak dan membiarkan sang kerabat pulang dengan kecewa.

Itulah fakta kehidupan. Kita tidak selalu bisa menolong kesulitan setiap orang ketika diri sendiri pun butuh pertolongan. Jangan sampai ketika kita menolong orang lain, justru diri sendiri terdzalimi.

Tidak bisa menolong orang lain bukan berarti kita jahat, apalagi jika sebelumnya kita sudah pernah menolong orang tersebut. Ukurlah kemampuan diri sendiri sebelum menolong orang lain. Ibarat kita tidak bisa berenang tapi nekat menolong orang yang nyaris tenggelam. Boleh jadi bukannya menyelamatkan orang tersebut, malah kita terancam sama-sama tenggelam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sedekah yang paling utama adalah sedekah maksimal orang yang tidak punya, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1112)

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim)

Hadits-hadits di atas mengajarkan kita bahwa ketika ingin membantu seseorang mulailah dari orang yang kita tanggung, seperti anak dan istri. Jika memang orang yang kita tanggung sudah terpenuhi kebutuhannya, barulah kita bisa membantu orang lain. 

Di kisah lain, ada seorang suami yang egois. Kebutuhan istri dan anak-anaknya belum terpenuhi, ia malah membantu orang lain dengan maksud mendapatkan pujian. Untuk memenuhi kebutuhan akhirnya sang istri meminjam uang kesana-kemari. Sungguh suami yang keterlaluan dan tidak mengamalkan hadits dari baginda Rasulullah Saw.

Semoga fakta kehidupan ini dapat membantu kita untuk lebih mengutamakan siapa yang lebih berhak atas bantuan kita sebelum membantu orang lain.


Comments