Konflik-Konflik Pasca Menikah

Lagi-lagi pengen menulis soal pernikahan gara-gara baca fiksi dari temen. Sekarang soal konflik dalam pernikahan. Yap yip yup konflik itu selalu ada yaw nggak cuma buat yang udah nikah doank sih, yang masih single saja banyak konflik terutama konflik nyari jodoh hehe.. padahal setelah menikah bukan berarti konflik selesai justru nambah dan nambah terus. Nah daripada hanya diterka-terka konflik apa yang ada lebih baik kita tuangkan di sini. Yuk disimak ^_^

1. Konflik dengan pasangan
Konflik ini sudah pasti ada ya namanya orang nikah. Bisa konflik kecil bahkan besar. Konflik kecil itu bisa berupa hal sepele seperti pasangan yang tidak bisa menggantungkan baju di kapstok kalo udah dipake atau nggak bisa naroh sepatu di rak sepatu. Sepele kan? tapi bisa jadi konflik tuh ^_^

Kemudian konflik sedang seperti pasangan yang tidak perhatian dengan ulangtahun. Mungkin ketika masih single dan berada di keluarga, kita cenderung dapat perhatian khusus ketika ulangtahun. Ada yang ngasih kado atau bikinin makanan spesial. Nah ketika menikah boro-boro ada kado, ngucapin aja nggak. Sebenarnya tanpa ucapan ultah aja kita masih hidup koq, tapi bisa jadi konflik juga kan ^_^

Konflik yang besar misal pasangan selingkuh. Nah lho.. ini nih yang bikin nyere hate. Harus gimana donk? Sabar sabar. Benar nggak dia selingkuh? Selidiki dulu bener-bener tapi jangan pake emosi. Intinya ketika ada konflik besar semacam ini ada dua pilihan untuk anda: bertahan atau pergi.

2. Konflik dengan anak
Tidak selalu anak adalah penambah kebahagiaan keluarga, kadang malah pemicu konflik. Bahkan masalah sepele seperti anak tidak mau makan bisa menjadi konflik. Itu ketika masih kecil. Ketika sudah beranjak dewasa akan banyak kebutuhan anak yang harus kita penuhi. Ada anak yang mampu mengerti keadaan orangtua, ada juga yang bisanya menuntut saja dan ketika tidak dipenuhi malah mengancam. Ada juga anak yang mendatangkan masalah besar dan membuat malu keluarga seperti masalah kriminal atau hamil di luar nikah.

Bagaimana cara menghadapi konflik-konflik ini? Jika belum terjadi mulai dari kecil didiklah anak dengan komunikasi yang baik. Peran orangtua sangat penting dalam membentuk karakter anak. Biasakan anak berani berbicara dengan santun apa yang sedang ia rasakan dan pikirkan. Jadilah orangtua yang mampu mendengarkan dan memberi rasa aman, bukan memberi rasa takut. Jika anak sudah takut duluan sebelum bercerita bisa jadi ia mencari pelampiasan di tempat lain dan itu semakin bahaya.

Jika sudah terlanjur kejadian, terimalah konflik yang ada dengan sabar dan dampingi selalu anak agar ia dapat menghadapi konflik ini dengan tegar, serta doakan juga agar setelah ini anak menjadi pribadi yang lebih baik. Ada tipe orang yang baru menyadari bahwa yang ia lakukan buruk setelah kejadian buruk menimpanya.

Namun ada juga yang orangtuanya sudah baik anaknya tidak. Inilah ujian buat keduaorangtua agar sabar menghadapi anaknya. Memang anak itu hanya titipan Allah Swt yang harus dirawat, dibimbing dan dididik dengan sebaik-baiknya.

3. Konflik dengan keluarga
Nah ini nih konflik yang sedikit banyak bisa berimbas ke hubungan suami istri. Konflik dengan keluarga bisa dengan orangtua sendiri, mertua, adik dan kakak ipar, sepupu, paman bibi dan lain sebagainya.

Konflik yang sering saya dengar biasanya ada tuntutan dari orangtua baik suami atau istri masalah keuangan. Duh gimana ya baru aja menikah setahun dua tahun dimana masih belum mapan tapi orangtua sudah meminta sumbangan. Memang sebagai anak tidak ada salahnya membantu tapi kalo untuk keluarga sendiri aja belum cukup, piye?

Ada juga orangtua pasangan yang ingin kita tinggal dengan mereka dengan fasilitas lengkap namun kitanya ingin mandiri walau hidup sederhana. Wah bingung kan mau ditolak nggak enak, mau diterima perang batin.

Ada juga adik atau kakak ipar yang nebeng hidup dengan kita atau minta bantuan tapi menipu ujung-ujungnya. Dan konflik lain sebagainya.

Wah wah gimana tu cara menghadapinya? Yang pasti pertama sabar dan tekan emosi sebisanya. Walaubagaimanapun keluarga adalah bagian dari kita yang sudah ditakdirkan Allah. Insya Allah sepelik apapun konflik pasti ada jalan walau kadang tidak nyaman buat kita. Jadi ketika menghadapi masalah dengan keluarga ini carilah jalan keluar yang bisa nyaman buat kita dan keluarga. Kalo untuk orangtua patokannya adalah kewajiban mematuhi orangtua (apalagi orangtua dari suami) seperti yang disyariatkan agama. Kalo untuk masalah dengan saudara selama tidak menyakiti dan merugikan kita bantulah dengan cara yang santun, namun jika memberi ketidaknyaman dengan terpaksa kita menghindari hubungan dekat karena konsen kita sekarang adalah keluarga inti kita.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Well sob itulah sekilas (padahal panjang ya) mengenai konflik yang mungkin muncul saat kita telah menikah. Itu baru scope kecil lho belum konflik di pekerjaan, lingkungan dan lain sebagainya. Sebagai makhluk Allah Swt kita tak akan luput dari konflik, yakin deh. Justru dengan adanya konflik jadi banyak belajar dan memaknai hidup ini.

Kunci menghadapi konflik-konflik ini adalah sabar dan ilmu agama, karena yang menurut kita baik belum tentu benar menurut agama. Jadi jadikan agama sebagai patokan untuk mencari solusi dan pengendalian emosi yang penting.

Yang terakhir adalah meningkatkan iman pada takdir. Tidak selalu yang kita anggap baik itu baik juga menurut Allah, dan tidak yang selalu yang kita anggap buruk itu buruk juga menurut Allah. Allah Maha Mengetahui. So, sudah deh daripada banyak mikir soal konflik pasca nikah lebih baik menikah dulu gih sana baru nikmati konfliknya ^_^

Comments