26. Secara moral, ada orang yang dipandang mulia, ada pula yang dipandang hina. Meskipun begitu Allah tetap memberi kesempatan pada hambaNya untuk menjadi orang yang lebih baik, hanya saja ada yang mengambil kesempatan itu dan ada yang mengabaikan.
27. Jasa orangtua yang baik takkan bisa dibalas dengan setimpal, sekeras apapun usaha kita. Sebaik-baiknya bakti adalah berbuat baik dan selalu mendoakan mereka baik saat masih hidup maupun setelah tiada.
28. Hidup ini pilihan, namun terkadang pilihan itu bukan dipilih sendiri namun ditentukan oleh orang lain demi kebaikan atau perdamaian. Tinggal kita yang memutuskan mau menerimanya atau merutukinya.
29. Kebahagiaan ditentukan oleh kita. Sebaik apapun keadaan jika kita tidak bisa bersyukur maka hati akan selalu sedih. Seburuk apapun keadaan jika kita bisa bersabar dan bersyukur maka hati akan selalu tenang dan bahagia. Insha Allah.
30. Masa lalu baik yang menyenangkan maupun menyedihkan memang tidak bisa dilupakan. Kadang suatu hal bisa mengingatkan masa lalu tersebut. Jika masa lalu itu menyedihkan, biarkan kenangan itu hanya sampai di benak kita, tidak sampai ke hati dan menghadirkan rasa kembali.
31. Kadang hidup terasa membosankan. Kegiatan yang sama berulang tiap harinya mulai bangun hingga tidur kembali. Kegiatan boleh berulang namun tambahlah ilmu dan amal agar hari-hari anda menjadi berarti.
32. Orang-orang mendambakan memiliki pasangan yang diharapkan menjadi teman hidup hingga tua nanti. Namun faktanya tidak semua orang mudah mendapatkan pasangan, bahkan yang sudah disahkan pun masih bisa berpisah. Oleh karena itu masih sendiri bukan berarti hina, sudah berpasangan bukan berarti mulia.
33. Di satu sisi ada orang yang membuang makanan karena kelebihan, di sisi lain ada orang yang mengais makanan di tempat sampah karena kelaparan. Astaghfirullah.
34. Kebanyakan orang khawatir adanya pesaing baru baik dalam pekerjaan maupun usaha. Padahal rezeki Allah ini Maha Luas. Mudah bagiNya membagi rezeki untuk seluruh alam semesta tanpa kurang sedikitpun. Namun Ia pun lebih tau seberapa besar yang kita butuhkan daripada yang kita inginkan.
35. Herannya, orang yang mau membantu kesulitan kita justru orang yang sedang kesulitan juga. Karena orang yang sedang kesulitan tau rasanya jika tidak dibantu.
36. Menjadi orang baik saja tidak cukup. Menjadi orang yang peduli lebih baik. Kadang peduli itu berarti siap membantu, kadang juga peduli itu berarti siap memperbaiki. Nah bagian yang memperbaiki ini yang berat, karena tidak semua orang senang diperbaiki terutama masalah moral dan spiritual.
37. Terkadang kita terlalu fokus pada hal yang membuat kita sedih, sehingga menutupi hal lain yang bisa membuat kita bahagia. Faktanya hal-hal yang bisa disyukuri biasanya lebih banyak daripada yang bisa dirutuki.
38. Orang yang tidak menagih hutang bukan berarti tidak membutuhkan lagi. Hanya berusaha menjaga perasaan dan hubungan dengan yang berhutang. Seharusnya yang berhutang lebih bisa menjaga perasaan dan hubungan dengan yang dihutangi dengan segera membayar atau setidaknya ada pembicaraan. Lebih baik ditagih di dunia daripada kelak hutang ini menghalangi hisab kita di akhirat.
39. Ada orang yang memanfaatkan kebaikan orang lain demi keuntungannya. Oleh karena itu berbuat baik pun harus 'lihat situasi', boleh jadi apa yang kita maksud baik justru melenakan yang bersangkutan sehingga membuatnya jadi bergantung pada kita. Meskipun begitu jangan berhenti berbuat baik, hanya saja berbuat baiklah yang mendidik.
40. Orang lain boleh memberi saran pada kita. Namun kita yang lebih tau saran mana yang tepat dan tidak sesuai keadaan.
41. Kita sering mendapatkan isu-isu terutama di sosmed. Ada yang sesuai fakta, ada yang hanya kebohongan yang menghebohkan. Kadang bingung dan takut dengan isu-isu tersebut. Kita sendiri tidak tahu darimana isu itu berasal, apakah memang benar?
Namun dengan mudahnya orang-orang menyebarkan tanpa mengkaji terlebih dahulu karena tinggal klik forward atau copy paste.
Sebaiknya sebelum kita sebarkan isu, jika memungkinkan carilah kebenarannya pada sang ahli. Jika tidak, lebih baik tahan diri untuk tidak menyebarkannya sampai terbukti benar.
Karena apa yang kita sebarkan boleh jadi menimbulkan kecintaan, kebencian, keresahan, kerusuhan, dsb. Yang sudah benar sekalipun kita pikirkan matang-matang dulu sebelum disebarkan. Dan terakhir, beranilah bertanggungjawab dengan apapun yang kita sebarkan.
42. Pada dasarnya sosial media ini baik dan bermanfaat. Namun yang membuatnya jadi tidak baik adalah penggunanya.
43. Boleh jadi yang membuat kita tidak percaya diri bukanlah keadaan ataupun orang-orang yang ada di lingkungan tersebut, melainkan diri kita yang berprasangka negatif terlebih dahulu, sehingga mempengaruhi pikiran dan perasaan.
44. Boleh jadi yang membuat kita tidak suka dengan seseorang bukan karena ia tidak bersikap baik pada kita, melainkan karena ada rasa iri padanya sehingga apapun yang ia lakukan selalu kita kritisi.
45. Kita sering mengeluh karena masalah yang tak ada habisnya. Faktanya justru masalah tersebut yang memberi kesempatan untuk beramal ibadah dan mendekatkan diri pada Allah Swt. Namun memang ada juga orang yang semakin menjauh dari Allah Swt karena masalah. Semoga kita mampu menjadikan masalah sebagai sarana mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya bahkan dengan sabar sekalipun.
46. Kita mencintai seseorang boleh jadi bukan karena kelebihan yang ia miliki, melainkan karena kita merasa diterima apa adanya, sehingga ada perasaan nyaman.
47. Ada orang yang ingin mendapatkan anak namun belum diberi kesempatan. Ada orang yang diberi anak namun menyia-nyiakan.
48. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. Namun tidak setiap orang mau menyadarinya dan bertaubat.
49. Kebanyakan orang lebih mempercayai "siapa" yang menyampaikan suatu berita daripada "apa" yang disampaikannya. Sehingga ketika suatu kebenaran datang dari yang "bukan siapa-siapa", kebanyakan tidak mau menerima.
Hal seperti inilah yang terjadi di negara kita. Seharusnya kita lebih kritis menanggapi suatu berita walau yang menyampaikannya adalah orang yang terkenal dan terhormat sekalipun.
50. Ketika kepercayaan meningkat, maka logika akan menurun dan intuisi naik. (Romy Rafael, Lintas Imagi).
Teori inilah yang menjawab kenapa orang bisa melakukan sesuatu yang kita anggap tidak masuk di akal seperti berita penipuan yang jadi viral beberapa saat lalu. Karena pengikutnya percaya dengan yang dilakukan gurunya, logika pun turun bahkan hilang dan intuisi naik yang menambah kepercayaan.
Akhirnya sang guru memanfaatkan kepercayaan yang sudah didapat untuk keuntungan pribadi. Meskipun begitu teori ini bisa juga untuk hal positif, misal kita membuat orang lain percaya dengan ilmu kita, terus kita arahkan agar beliau mengaplikasikan ilmu tersebut demi kebaikan dirinya. Jadi kepercayaan itu penting. Buatlah orang percaya pada anda, maka anda bisa mengendalikan mereka setelahnya, Insha Allah.
Comments
Post a Comment