Bunda tiada, ayah tak berguna
Memiliki orangtua yang lengkap dan penuh kasih sayang adalah harapan semua anak. Namun tidak semua anak beruntung memiliki orangtua yang baik ataupun bisa mendampingi hingga usia tua. Inilah kisah seorang anak kecil usia 8 tahun yang baru beberapa bulan ditinggal ibunda tercinta.
Sebut saja namanya Diysar. Sejak dalam kandungan ia sudah kehilangan kasih sayang sang ayah. Menurut cerita bundanya, ayahnya sedang mabuk cinta dengan WIL saat itu, sehingga selama hamil sang bunda hanya bisa membatin. Bahkan saat kelahiran Diysar sang ayah tak mendampingi.
Saat Diysar menginjak usia 2 thn, sang bunda melarikan ia dan kakaknya dari rumah kakek neneknya (mertua). Hal ini dilakukan karena sang Bunda sudah tidak tahan lagi menanggung beban perasaan melihat perilaku sang ayah, perlakuan kakek neneknya yang tak nyaman, dan hal lain.
Diysar yang sangat belia saat itu belum mengerti apa-apa, baginya yang terpenting bersama sang bunda, itu sudah cukup.
Saat tiba di tanah kelahiran sang bunda, jauh dari rumah sang ayah, Diysar harus kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, tapi semua itu tidak masalah, karena ada sang bunda bersamanya, itu sudah cukup.
Bunda memutuskan berpisah dengan ayah secara resmi. Beliau menjadi single parent yang berjuang demi hidup Disyar dan kaka. Diysar kehilangan kebersamaan dengan sang bunda yang bekerja seharian bahkan sampai larut malam.
Selama bunda bekerja Diysar dititipkan dengan datuk yang sudah berusia lanjut. Apa yang diinginkan Diysar selalu diberi, Diysar tumbuh menjadi anak yang memahami bahwa uang adalah pencipta kesenangan.
Menginjak usia 4 tahun, bunda menerima lamaran dari seorang duda beranak tiga. Diysar tidak tahu bahwa pria ini bukanlah ayah kandungnya, yang ia tahu pria ini adalah sosok ayah yang mendampingi bundanya.
Namun pernikahan bunda tidak mulus. Baru beberapa bulan saja ayah baru sudah berani menalak bunda yang sedang mengandung adik Disyar. Bunda sangat terpukul sehingga keadaannya menjadi lemah.
Ternyata ayah baru hanya khilaf sesaat sehingga memutuskan kembali dengan bunda. Disyar senang karena berkumpul kembali dengan ayah baru. Namun ayah baru tidak hanya memberi perhatian dengan Disyar, kaka, dan adik saja. Ayah baru juga harus memberi perhatian dengan tiga anaknya yang lain, sehingga bunda harus tetap membanting tulang demi Disyar dan saudara.
Disyar pun terpaksa berpindah-pindah tempat tinggal karena ayah baru tidak cocok dengan datuk, sedangkan Disyar tinggal di rumah beliau selama ini. Ayah baru juga tidak mampu memberikan tempat tinggal yang nyaman karena lagi-lagi nafkahnya terbagi dengan anak yang lain. Disyar tidak mengerti kenapa, yang ia tau bunda selalu bersamanya, itu sudah cukup.
Disyar tumbuh menjadi anak yang sulit diatur, suka mencari perhatian, senang jajan, suka berkelahi, cemburuan. Itu semua manifestasi dari hasil didikan sana sini. Kadang Disyar harus tinggal di rumah datuk, kadang di rumah nenek, kadang di rumah adiknya nenek. Di tengah-tengeh peliknya hidup, sang kakek (ayahnya bunda) sesekali datang meminta uang atau menambah runyam hidup bunda.
Sungguh kasihan bunda, orangtuanya bercerai sejak umurnya 9 bulan, ayahnya menikah lagi, ibunya juga, namun pernikahan mereka sama2 kandas. Kakek Disyar bukanlah ayah yang baik, neneknya pun bukan wanita yang patut diteladani. Namun bunda masih mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga kakek. Kakek memang tidak baik, tapi saudara-saudaranya sangat baik.
Dari hari ke hari kondisi fisik bunda makin kurang baik. Akhirnya bunda terpaksa berhenti bekerja. Keluarga bunda nampak tidak terlalu peduli. Datuk senang jalan2, nenek sibuk dengan cucu2 yang lain, kakek jangan ditanya bagai ditelan bumi dan datang jika perlu uang saja.
Disyar bingung harus bagaimana karena tidak mengerti keadaan ini. Yang ia tau bunda adalah sosok yang kuat dan akan segera sembuh untuk kembali bersamanya.
Suatu hari seseorang yang mengaku nenek datang menjemput. Disyar diajak pergi ke suatu tempat bersama kaka. Disyar tidak mau, ia berontak, ia tidak mau berpisah dengan bunda. Namun bunda membujuk dengan penuh kelembutan, bunda berjanji jika bunda sembuh akan bertemu lagi dengan Disyar. Dengan berat hati Disyar dan kaka meninggalkan adik dari ayah baru dan bunda yang terbaring lemah menahan sakit yang tak kunjung sembuh di rumah datuk
Disyar tiba di tanah yang terasa tidak asing di ingatan, tapi ingatan yang sangat lama. Di sana ia disambut seorang pria yang mengaku ayahnya, ayah kandungnya. Disyar bingung. Baru ia mengerti ayah baru bukanlah ayah kandungnya. Di rumah Disyar bertemu dengan pria lain yang mengaku kakeknya, wanita lain yang mengaku bibinya dan semua orang di sana.
Disyar bingung. Ia langsung merindukan sang bunda yang tengah terbaring.
Awal Desember sehabis pulang sekolah Disyar memasuki rumah. Dengan mata basah dan sesenggukan, sang nenek mengabarkan sang bunda telah tiada. Disyar syok. Ia langsung menjerit-jerit memanggil bunda. BUNDA! BUNDA! BUNDA! Habis harapannya. Bunda tiada.
Kaka memeluknya menenangkan. Namun Disyar tak mampu menerima ini. Ini tidak adil baginya.
Selepas wafat sang bunda, perilaku Disyar makin tak karuan. Ia makin tak bisa diatur, sering berkelahi di sekolah, bahkan mencuri uang di rumah. Dulu, bunda selalu menegur dengan tegas namun penuh cinta. Sekarang, banyak yang menegur namun baginya penuh benci.
Disyar merasa hidup ini tak ada artinya tanpa bunda. Ia membutuhkan kehadiran bunda. Ayah hanya sosok yang namanya melengkapi akte kelahiran saja. Beliau sibuk dengan istri dan anaknya. Disyar dan kaka diurus oleh bibi.
Disyar, sungguh berat hidupmu nak. Semoga suatu saat engkau menemukan kebahagiaan sejati. Bunda boleh tiada, tapi kasih sayangnya akan selalu ada di dirimu. Jadilah anak yang baik dan doakan bunda. Jangan beratkan bunda dengan perilakumu yang tidak baik. Ayahmu, kakekmu, memang bukan teladan yang baik untukmu. Carilah teladan lain untuk hidupmu sekarang dan nanti.
Comments
Post a Comment