Setiap orangtua mengharapkan anaknya tumbuh berkembang, bisa melakukan banyak hal sendiri sejak kecil hingga dewasa. Anak mandiri, itulah harapan orangtua. Kemandirian seperti apa saja yang diinginkan orangtua? Saya coba himpun di sini.
1. Kemandirian memfungsikan tubuh dan mengurus diri sendiri
Saat bayi, anak benar-benar tergantung pada orangtuanya. Kemana-mana harus digendong, makan disuapin, dimandiin, dicebokin, digantiin baju, dan lain-lain.
Semakin bertambah usia, anak diajarkan melakukan hal-hal tersebut sendiri.
Mencapai usia setahun sudah bisa berjalan, mulai bisa mengucapkan kata-kata. Semakin tahun mulai bisa melakukan hal-hal pribadinya sendiri.
Biasanya kemandirian secara fisik ini sudah cukup sempurna di usia 5 tahun. Di saat itulah anak siap untuk bersekolah karena di sekolah ia akan berpisah untuk sekian jam dari orangtua.
2. Kemandirian emosi
Saat di sekolah, anak akan bertemu dengan anak-anak lain yang sebaya atau lebih tua. Mereka akan berinteraksi satu sama lain. Terkadang bahkan sering anak-anak terlibat konflik dengan temannya, seperti berebut mainan atau sekedar tidak suka dengan kata yang diucapan.
Di sinilah kemandirian secara emosi mereka diuji. Ada anak yang mampu menyelesaikan masalah mereka langsung, ada juga yang mengadukan pada guru atau orangtua.
Idealnya, semakin bertambah usia seorang anak bisa lebih mampu mengelola emosinya seperti tidak mudah marah, toleran, bisa bekerjasama, mampu meminta maaf dan memaafkan, mampu berbicara dan bersikap sopan, dan sebagainya.
Anak yang mandiri secara emosi cenderung bisa bersosialisasi dengan baik. Ia mampu diterima di lingkungannya. Sedangkan anak yang belum mandiri secara emosi cenderung sulit berteman karena ia sulit menyesuaikan diri dengan keadaan dan tidak mampu memahami perasaan orang lain.
3. Kemandirian beribadah
Sebagai umat beragama tentunya ingin memiliki keturunan yang paham agama dengan baik, salah satunya mampu melaksanakan ibadah ritual secara rutin dan benar.
Untuk mencapai kemandirian ini orangtua harus menanamkan nilai agama sedari dini dengan mencontohkan langsung. Misal, anda ingin anak bisa melaksanakan sholat 5 waktu kelak, maka anda harus melakukan ibadah tersebut secara rutin dan anak menyaksikannya.
Begitu juga dengan ibadah lain. Selain mencontohkan langsung, di saat yang tepat anda bisa mengajak anak untuk melakukan ibadah bersama. Intinya anak dilibatkan dalam kegiatan ibadah agar ia terbiasa.
Tidak semua orangtua memiliki pemahaman agama yang baik, benar, dan mendalam. Jika anda ingin anak lebih baik lagi pemahaman agamanya, anda bisa meminta bantuan orang lain untuk mengajarinya, misal belajar di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), memanggil guru ngaji ke rumah, dsb.
4. Kemandirian menjaga diri
Semakin dewasa anak, semakin ingin ia bepergian sendiri atau dengan teman-temannya. Ia ingin diakui di komunitasnya, ingin terlibat dengan banyak kegiatan, ingin punya jati diri. Di sisi lain orangtua tetap ingin anak terlindungi di luar sana, tidak terluka sedikit pun.
Sebelum anak diizinkan untuk keluar dan tidak berada di sisi orangtua, ajarilah anak untuk mampu menjaga dirinya. Berilah informasi mengenai keadaan di luar rumah yang mungkin dapat membahayakan dirinya.
Walau sulit, ada saatnya sebagai orangtua kita harus bisa memberikan kepercayaan pada anak untuk pergi keluar tanpa didampingi. Meskipun begitu, kita masih bisa memantau anak melalui melalui media lain.
Anak yang diberi kepercayaan cenderung lebih mampu menjaga dirinya. Selain itu sebagai orangtua kita juga harus tau informasi anak akan kemana, dengan siapa, akan melakukan kegiatan apa, dsb. Dengan informasi ini kita bisa mengukur seberapa amankah anak saat keluar rumah.
5. Kemandirian dalam belajar
Belajar itu sepanjang hayat selama nyawa masih di kandung badan. Belajar apa saja yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Mulai usia sekolah anak diantarkan ke sekolah dan diberi pengertian bahwa ia mulai memiliki kewajiban untuk belajar.
Dengan kemandirian dalam belajar ini maka anak bisa menjadi orang yang berilmu dan berwawasan. Kita tidak perlu selalu mengingatkan bahkan sampai marah agar ia mau belajar. Jika ia sudah mengerti pentingnya belajar, maka ia akan belajar dengan sendirinya.
6. Kemandirian finansial
Setelah anak menyelesaikan pendidikannya dan memiliki keterampilan, maka ia siap terjun di masyarakat untuk mencari nafkah. Kemandirian ini sangat penting karena anak akan menikah dan memiliki keluarga baru. Dengan memiliki penghasilan sendiri ia bisa membiayai dirinya dan keluarganya kelak. Orangtua pun bisa melepas salah satu kewajiban yaitu membiayai anaknya.
---------------------------------------
Demikianlah 6 kemandirian yang sebaiknya dicapai oleh seorang anak mulai dari kecil hingga dewasa. Sebagai orangtua kita harus mampu membimbing, memberi perhatian dan memenuhi kebutuhannya agar mampu mencapai setiap kemandirian. Berat? Tentu. Anak adalah titipan Allah Swt, mari kita perlakukan ia dengan sebaik-baiknya.
Comments
Post a Comment